3 ) penggunaan gaya bahasa kumpulan puisi "Deru Campur Debu" karya Chairil Anwar.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif.Objek penelitian ini adalah 1)st ruktur, diksi, majas, persajakan, gaya bahasa dan 2) makna atau pesan yang terkandung dalam puisi-puisi Chairil Anwar. Data penelitian ini

Chairil Anwar merupakan penyair berdarah Minangkabau yang menjadi salah satu pelopor Angkatan '45 dan puisi modern Indonesia. Karya-karyanya tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga dunia. Penasaran seperti apa kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang sangat populer dan melegenda itu? Simak artikel ini hingga habis, ya!Para pecinta puisi barangkali sudah tidak asing lagi dengan nama Chairil Anwar. Penyair yang lahir dan besar di Medan ini telah menulis puluhan puisi yang digandrungi banyak orang. Misalnya adalah karya berjudul Aku, Karawang-Bekasi, dan kumpulan puisi Chairil Anwar kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang berhasil diterbitkan, yaitu Deru Campur Debu 1949, Aku Ini Binatang Jalang koleksi sajak 1942-1949 1986, Derai-derai Cemara 1998, dan sebagainya. Sedangkan karya-karya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing di antaranya Sharp gravel, Indonesian poems 1960, Chairil Anwar Selected Poems 1963, The Complete Poems of Chairil Anwar 1974, dan masih banyak kepiawaiannya dalam menciptakan puisi, sosok Chairil Anwar mampu menginspirasi banyak orang. Beberapa penulis pun menghasilkan buku yang membahas tentang dirinya, seperti Chairil Anwar memperingati hari 28 April 1949 1953, Chairil Anwar Sebuah Pertemuan 1976, Mengenal Chairil Anwar 1995, dan lain-lain. Luar biasa, bukan?Makin penasaran dengan kumpulan puisi karya Chairil Anwar yang kami rangkum di sini? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini! Semoga saja sajak-sajak dari penyair kenamaan Indonesia itu mampu memberimu banyak inspirasi. Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Perjuangan 1. Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih perih Dan akan lebih tidak peduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Mungkin kamu sudah familier dengan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul Aku tersebut karena memang sangat terkenal. Sajak yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris itu pertama kali dibaca Chairil pada Juli 1943 di Pusat Kebudayaan Jakarta. Secara keseluruhan, sajak di atas berisi tentang keberanian dalam berjuang walaupun banyak risiko yang menghadang. Dapat pula mengandung makna keteguhan hati atas kebenaran yang telah diyakini. 2. Karawang-Bekasi Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi Tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami Terbayang kami maju dan mendegap hati? Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu Kenang, kenanglah kami Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan, Atau tidak untuk apa-apa Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak Kenang, kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami Menjaga Bung Karno Menjaga Bung Hatta Menjaga Bung Syahrir Kami sekarang mayat Berikan kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian Kenang, kenanglah kami Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi Karawang-Bekasi merupakan puisi Chairil Anwar yang mungkin juga tak asing lagi di telingamu. Karya sastra tersebut menyiratkan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam peperangan yang kemudian dikebumikan di antara Kota Karawang dan Bekasi. Sajak di atas juga menggambarkan betapa beratnya memperjuangkan kemerdekaan yang hendak diproklamirkan Soekarno-Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Meski sudah merdeka, sayangnya banyak dari kita yang mengabaikan perjuangan para pahlawan. Lewat puisi di atas, Chairil berpesan kepada generasi penerus agar senantiasa mengenang dan menghargai jasa pejuang-pejuang yang telah gugur. Baca juga Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana 3. Diponegoro Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali. Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati. MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu. Sekali berarti Sudah itu mati. MAJU Bagimu negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditindas Sungguhpun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Dalam penulisannya, puisi berjudul Diponegoro tersebut menggunakan persamaan bunyi rima yang dapat dibaca pada bait pertama hingga terakhir. Selain itu, beberapa bagian sajak ini juga menggunakan kalimat konotasi. Misalnya adalah kalimat “Ini barisan tak bergenderang-berpalu,” yang bermakna semangat dan frasa “menyediakan api” sebagai simbol kekuatan dan keberanian. Dari segi makna, sajak ini kurang lebih bercerita tentang perjuangan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah Belanda di Indonesia. Walau senjata yang dipakai kalah modern, sang pahlawan tetap tak gentar dan terus maju memerangi Belanda. 4. Persetujuan dengan Bung Karno Ayo! Bung Karno kasih tangan, mari kita bikin janji Aku sudah cukup lama dengan bicaramu Dipanggang di atas apimu, digarami lautmu Dari mulai tanggal 17 Agustus 1945 Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu Aku sekarang api, Aku sekarang laut Bung Karno! Kau dan aku satu zat satu urat Di zatmu, di zatku kapal-kapal kita berlayar Di uratmu, di uratku kapal-kapal kita bertolak dan berlabuh Dalam sajak berjudul Persetujuan dengan Bung Karno di atas, Chairil Anwar berusaha menggambarkan kedekatan emosionalnya dengan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno. Bait pertama mengungkapkan sikap setuju sang penyair terhadap ucapan-ucapan yang disampaikan Bung Karno. Baris selanjutnya juga menunjukkan dukungan Chairil pada Soekarno ketika berusaha mempertahankan Republik Indonesia RI. Sedangkan di bait terakhir, penyair yang mendapat julukan Si Binatang Jalang ini berusaha mengingatkan Soekarno kalau beliau tidak sendirian karena banyak yang sepemahaman dengannya. 5. Prajurit Jaga Malam Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu? Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini Aku suka pada mereka yang berani hidup Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
 Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu! Tema yang diangkat dalam sajak berjudul Prajurit Jaga Malam ini adalah kepahlawanan. Penulis berusaha mengungkapkan kekagumannya kepada para prajurit yang tak lelah melakukan jaga malam untuk mengantisipasi serangan Belanda. Mereka tak gentar sedikit pun pada ancaman penjajah meski nyawa menjadi taruhan. Keberanian dan tekad kuat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut mengajarkan kita agar senantiasa cinta tanah air dan rela berkorban untuk negara ini. Baca juga Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar tentang Cinta 1. Senja di Pelabuhan Kecil Kepada Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak. Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap Tak hanya menghasilkan karya bertema perjuangan dan kepahlawanan, Chairil Anwar juga menulis kumpulan puisi yang berisi percintaan. Salah satunya sajak berjudul Senja di Pelabuhan Kecil di atas yang berkisah tentang kandasnya sebuah cinta. Tak seperti sajak-sajak sebelumnya yang selalu bernada optimis, rangkaian puisi Chairil kali ini menyiratkan rasa pesimis dan kemuraman. Perasaan sedih sang pengarang terlukiskan lewat pemilihan kata-kata seperti kelam, muram, sendiri, dan sendu. 2. Tak Sepadan Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan berbahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk-sumpahi Eros Aku merangkaki dinding buta Tak satu juga pintu terbuka Jadi baik juga kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka Lewat puisi berjudul Tak Sepadan, sang pengarang seolah sedang mengajak bicara wanita yang dicintainya. Pada bait pertama, si aku mencoba memperkirakan apa yang akan terjadi jika mereka selalu bersama atau sebaliknya. Dengan atau tanpa dirinya, dia kira wanita tersebut akan tetap bahagia dengan suami dan anak-anaknya kelak. Sedangkan bait-bait selanjutnya berisi tentang keputusasaan sang penyair terhadap hubungan yang sedang dijalani. Rasa sakit tak tertahan membuatnya memilih untuk mengakhiri hubungan yang dijalani karena merasa tak sejalan. Dirinya pun berpikir telah disumpahi dan dikutuk Dewa Eros karena kekecewaan dan kemalangan cinta yang menimpanya. Baca juga Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang 3. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau, gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar, di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar. angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya. Di air yang tenang, di angin mendayu, di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja,” Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh! Perahu yang bersama kan merapuh! Mengapa ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau kumati, dia mati iseng sendiri. Sekilas, salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar di atas seolah mengisyaratkan kebahagiaan. Namun tak jauh beda dengan sajak cinta sebelumnya, puisi berjudul Cintaku Jauh di Pulau tersebut ternyata mengisahkan kesedihan karena kasih tak sampai. Cerita bermula dari kecintaan tokoh aku pada gadis di seberang pulau yang senang menghabiskan waktu sendirian. Malangnya, tokoh tersebut harus menjemput ajal ketika hendak menyeberangi pulau untuk bertemu kekasihnya. Setelah meninggal, dia pun masih khawatir dengan sang kekasih yang mungkin akan menghabiskan sisa hidupnya dalam penantian yang sia-sia. 4. Cinta dan Benci Aku tidak pernah mengerti Banyak orang menghembuskan cinta dan benci Dalam satu napas Tapi sekarang aku tahu Bahwa cinta dan benci adalah saudara Yang membodohi kita, memisahkan kita Sekarang aku tahu bahwa Cinta harus siap merasakan sakit Cinta harus siap untuk kehilangan Cinta harus siap untuk terluka Cinta harus siap untuk membenci Karena itu hanya cinta yang sungguh-sungguh mengizinkan kita Untuk mengatur semua emosi dalam perasaan Setiap emosi jatuh
 Keluarlah cinta Sekarang aku mengetahui implikasi dari cinta Cinta tidak berasal dari hati Tapi cinta berasal dari jiwa Dari zat dasar manusia Ya, aku senang telah mencintai Karena dengan melakukan itu aku merasa hidup Dan tidak ada orang yang dapat merebutnya dariku Sajak Chairil Anwar ini seolah mengamini perkataan banyak orang yang menyebutkan bahwa cinta dan benci itu beda tipis. Menurutnya, cinta dan benci adalah saudara yang dapat membodohi atau memisahkan sepasang kekasih. Ketika jatuh cinta, sang penyair pun sadar harus siap sakit, kehilangan, terluka, dan membenci. Meski begitu, dia tetap bahagia lantaran bisa mencintai karena itu artinya emosi dan jiwanya benar-benar hidup. 5. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah Pengambilan judul Sajak Putih pada puisi di atas mengisyaratkan kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan si aku dalam menyampaikan suara hatinya yang diam-diam mengagumi seseorang gadis. Dia merasakan cinta yang tulus dari sang pujaan hati sehingga membuatnya begitu terharu. Pria tersebut berharap si wanita mencintainya sama seperti apa yang dirasakannya. Namun, baik si laki-laki maupun perempuan belum juga menyatakan perasaannya dan hanya diam tanpa berbicara sepatah kata pun. Dalam diam, mereka juga berjanji akan setia dan tak terpisahkan meski maut datang menjemput. Baca juga Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar untuk Renungan 1. Doa Kepada Pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh Mengingat Kau penuh seluruh Cahaya-Mu panas suci Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku Aku hilang bentuk remuk Tuhanku Aku mengembara di negeri asing Tuhanku Di pintu-Mu aku bisa mengetuk Aku tidak bisa berpaling Doa merupakan salah satu karya dari kumpulan puisi Chairil Anwar yang mengambil tema ketuhanan. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan judul dan beberapa kata, seperti Tuhanku, mengingat Kau, cahaya-Mu, dan pintu-Mu. Sajak tersebut dapat menjadi renungan bahwa keberadaan manusia tak terlepas dari campur tangan Tuhan. Dalam bait-baitnya, sang penyair seolah sedang melakukan dialog dengan Tuhan tentang permasalahan hidup yang dihadapinya. 2. Selamat Tinggal Ini muka penuh luka Siapa punya? Kudengar seru menderu Dalam hatiku Apa hanya angin lalu? Lagi lain pula Menggelepar tengah malam buta Ah..!!! Segala menebal, segala mengental Segala tak kukenal..!!! Selamat tinggal
!! Dalam puisi berjudul Selamat Tinggal, Chairil Anwar seakan-akan sedang membicarakan dirinya sendiri. Dia seperti sedang melakukan introspeksi diri atas kekurangan-kekurangannya yang dikiaskan dengan frasa “muka penuh luka.” Bait-bait tersebut dapat pula dimaknai sebagai sikap keras kepala si penyair terhadap komentar-komentar orang lain yang merugikannya. Oleh karenanya, penulis mengucapkan selamat tinggal pada hal-hal negatif yang menghinggapinya, lalu melangkah dengan percaya diri. Baca juga Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan 3. Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satunya!” Ibuku tertidur dalam tersendu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini, 3 x 4 m, terlalu sempit buat meniup nyawa! Sajak yang ditulis Chairil Anwar pada tahun 1946 ini menggambarkan ironi yang terjadi dalam sebuah keluarga. Mereka yang terdiri dari ayah, ibu, dan lima orang anak harus tinggal di sebuah kamar petak berukuran 3×4 meter. Sudah keadaan susah, ditambah si aku ingin menambah kesulitan lagi lantaran meminta adik pada orangtuanya. Padahal untuk ditinggali tujuh orang saja kamar itu sudah terlalu pengap dan sempit. 4. Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Dalam puisinya ini, Chairil Anwar menggambarkan salah satu fenomena sosial yang mungkin kerap terabaikan masyarakat. Lewat Kepada Peminta-minta, penyair berusaha menunjukkan sikapnya terhadap para pengemis. Tokoh aku merasa iba pada si peminta-minta meski sebenarnya dia kurang setuju dengan cara orang itu mencari uang. Di sisi lain, si aku juga kerap berpikir tentang kesulitan hidup yang dihadapi si pengemis dan berharap mereka dapat mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. 5. Rumahku Rumahku dari unggun timbun sajak Kaca jernih dari luar segala nampak Kulari dari gedong lebar halaman Aku tersesat tak dapat jalan Kemah kudirikan ketika senja kala Di pagi terbang entah ke mana Rumahku dari unggun timbun sajak Di sini aku berbini dan beranak Rasanya lama lagi Tapi datangnya datang Aku tidak lagi meraih petang Biar berleleran kata manis madu Jika menagih yang satu Sesuai judulnya, sajak Chairil Anwar di atas melukiskan pandangan penulis tentang rumah yang ditinggalinya. Pada bait pertama, penyair beranggapan jika rumahnya bagaikan api unggun yang hangat serta dapat mengusir dinginnya malam. Artinya, rumah itu penuh dengan kehangatan yang membuat si aku betah tinggal di sana. Bait selanjutnya menceritakan tentang pencarian suasana baru di luar rumah tanpa arah dan tujuan. Dapat pula diartikan sebagai masa muda yang kerap kali diisi dengan kesia-siaan. Setelah melewati masa pencarian, si penyair akhirnya kembali ke tempat asal dan menghabiskan masa tuanya di sana. Baca juga Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini! Manakah Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Paling Menginspirasimu? Setelah membaca kumpulan puisi karya Chairil Anwar di atas, apa yang kamu pikirkan? Kira-kira, manakah sajak yang paling menginspirasi serta meninggalkan kesan terdalam di hatimu? Kamu bisa mencatatnya, lalu mengirimkannya pada orang-orang terdekat atau membaginya di media sosial. Tak hanya karya Chairil Anwar, di sini kamu juga dapat membaca kumpulan puisi lainnya dengan tema yang beragam. Misalnya adalah puisi tentang ibu, guru, cinta romantis, dan sebagainya. Selamat membaca! PenulisIis ErnawatiIis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
Dimanaseseorang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan orang-orang di sekitar. Saat berdoa, seseorang harus membuka hati, pikiran, dan jiwa kepada Tuhan. Seperti yang tersirat dalam kalimat kepada pemeluk teguh, yang menggambarkan seseorang memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu bersamanya. Tuhanku _Dalam termangu _
Puisi Chairil Anwar ini, saya temukan pada buku kumpulan puisi yang berjudul "Deru Campur Debu". Buku yang saya baca ini merupakan buku cetakan keenam tahun 2016 dari Penerbit Dian Rakyat. Awalnya, saya tidak menyangka bisa menemukan kumpulan-kumpulan puisi Chairil Anwar dalam sebuah buku yang ada di perpustakaan sekolah. Sungguh, kalau dulu saat sekola SMP/SMA hanya menemukan cukilan-cukilan puisi dalam buku paket Bahasa Indonesia atau saat dibacakan oleh guru Bahasa Indonesia saat itu. Kemudahan dalam mengakses informasi, menjadi keuntungan tersendiri. Tidak usah menunggu lama atau mencari ceceran-ceceran puisi Chairil Anwar, tetapi langsung dalam buku kumpulan puisinya yang berjudul "Deru Campur Debu". Dalam kumpulan puisi "Deru campur Debu" tersebut ada 27 puisi plus 1 buah Tulisan Chairil Anwar. Sayang sekali saya kesulitan dalam membaca tulisan Chairil Anwar tersebut. Puisi-puisi yang ada dalam kumpulan buku "Deru Campur Debu" adalah sebagai berikut Aku Hampa Selamat Tinggal Orang Berdua Sia-Sia Doa Isa Kepada Peminta-minta Kesabaran Sajak Putih Kawanku dan Aku Kepada Kawan Sebuah Kamar Lagu Siul Malam di Pegunungan Catetan Th. 1946 Nocturno Kepada Pelukis Affandi Buah Album Cerita Buat Dien Tamaela Penerimaan Kepada Penyair Bohon Senja di Pelabuhan Kecil Kabar dari Laut Tuti Artic Sorga Cintaku Jauh di Pulau Tulisan Chairil Anwar Dari ke-28 judul itu ada beberapa yang sudah saya kenal ketika SMP/SMA yaitu Aku yang begitu legendaris, puisi Doa, Kepada Peminta-Minta, Cerita Buat Dien Tamaela, serta Senja di Pelabuhan Kecil. Sedangkan judul-judul puisi Chairil Anwar yang lain baru kenal beberapa waktu kemarin. Ternyata ada puisi yang sangat pendek, tidak sebanding judulnya. Puisi yang saya maksud berjudul Malam di Pegunungan, yang berbunyi sebagai berikut. Malam di Pegunungan Aku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin, Jadi pucat rumah dan kaku pepohonan? Sekali ini aku terlalu sangat dapat jawab kepingin Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! Coba baca dan cermati puisi Chairil Anwar di atas. Saya kira puisi itu bicara tentang seseorang yang merasakan kesepian di pegunungan. Sendirian. Beku. Mati..dan seterusnya. Ternyata....jauh dari bayangan saya. Aku berpikir Bulan inikah yang membikin dingin. Maksudnya..apakah Chairil Anwar bertanya pada bulan ataukah "bulan" yang tidak dijelaskan sedang terang benderang atau redup, bulat penuh atau separuh bahkan seperempat sebagai penyeban malam di pegunungan menjadi dingin. Masa iya membuat rumah menjadi pucat dan pepohonan menjadi kaku. Ketika digambarkan bulannya bulan pucat, atau tidak terang boleh jadi rumah pun menjadi pucat. Tetapi apa hubungannya dengan kekakuan pepohonan? Eh, ada bocah cilik main kejaran dengan bayangan! Apakah dalam bayangan Chairil Anwar, pegunungan tersebut sebagai sebuah desa atau setidaknya dekat dengan desa, sehingga ditemukan anak kecil. Kayaknya ndak deh, hanya ada seorang anak kecil yang bermain sendirian di pegunungan... Entahlah...Begitulah mungkin imajinasi seorang penyair. Seorang Chairil Anwar yang dengan ide-idenya yang diluar persangkaan orang biasa.
Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Cha iril Anwar. Adapun empat puisi yang di kaji yakni " Kepada Peminta-Minta ", " Sajak Putih ", " Senja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segla macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan teori, ide, dan sistem berfikir, tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori, atau sistem berfikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha kebutuhan keindahan manusia. Disamping itu, sastra harus pula mampu menajadi wadah penyampaiaan ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan manusia. Dalam proses kreatif karya sastra, banyak unsur yang terlibat di dalamnya, seperti ilmu pengetahuan, wawasan, pemikiran, keyakinan, dan pengalaman fisik, serta unsur imajinasi pengarang. Unsur yang terakhir itu sangat memegang peranan penting dan memberi nilai lebih, bahkan menjadi nilai dari karya sastra. Karya sastra lahir dan bersumber dari pengalaman sastrawan sendiri, baik dalam bentuk pengalaman lahiriyah maupun pengalaman bathiniyah. Secara sadar atau tidak sadar, sastrawan mengungkapkan pengalaman tersebut ke dalam karyanya yang dimaksudkan sebagai konsumsi mental dan pikiran orang lain. Pada waktu karya sastra ditulis, ada orang lain dalam pikiran pengarang, dan setelah karya sastra ditulis orang lain itu tidak lain adalah pembaca. Dengan demikian, melalui karyanya, pengarang menghimbau dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan mengajak pembaca untuk ikut mengalami dan merasakan pengalaman lahir atau batinnya yang pernah dialami dan dirasakannya. Karya sastra juga merupakan produk imajinasi pengarang, yaitu sebuah hasil proses pemikiran dan pengamatan intens pengarang terhadap kehidupan. Imajinai itu tidak muncul tanpa danya fakta yang dipikirkan. Puncak dari pemikiran memunculkan konsep yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya sastra. Sastra sebagai salah satu dunia ekspresi juga tidak terlepas dari proses pemikiran, artinya pola berfikir penulis atau pengarang akan menentukan pola dan corak karyanya. Dari sinilah bermula beragamnya karya dengan ciri khas tertentu, yang membedakan antara karya pengarang yang satu dengan pengarang yang lainnya. Tentu telah sering mendengar kata puisi, tetapi setiap kalidiminta untuk menjelaskan pengertian puisi, sering menjumpai kesulitan karena begitu banyak ragam puisi sehingga rumusan tentang pengertian puisi. Secara etimologi puisi berasal dari bahasa Yunani pocima “membuat’ atau poeisis, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan membuat dan pembuatan, karena dalam puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia sendiri, yang memungkinkan berisi pesan atau gambaran suasana-suasan tertentu, baik fisik maupun batiniah Aminuddin, 2011134. Puisi mudah dijumpai di kolom sastra pada edisi hari Minggu pada surat kabar yang terdiri sebanyak 4-6 puisi. Terkadang pembaca susah memahami isi maksud yang pengarang sampaikan, namun ada pula yang bisa langung menebak maksud pengarang yang disampaikan melalui puisi tersebut. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pembaca agar mengetahui makan yang tersimpan dalam puisi tersebut, salah satunya membacanya berulang-ulang, mencari unsur-unsur dasar dalam puisi unsur intrinsik, atau menggunakan teori atau pendekatan dalam mengkaji karya sastra. Bahasa yang terdapat dalam sebuah puisi terkadang terlalu susah dicari maknanya, karena bahasa dalam puisi bersifat ambigu dan homonitas, yangtentunya tidak dapat dilepaskan dengan sifatnya konotatif. Menurut Hudson dalam Aminuddin, 2011134 mengatakan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang mengungkapkan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisa yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukis. Semiotik atau studi tentang sistem lambang pada dasarnya merupakan lanjutan dari strukturalisme. Sebab itu semiotika sering juga disebut strukturalisme semiotik. Bagi semiotika teks sastra sebagai realitas yang dihadirkan di hadapan pembaca, di dalamnya pasti sudah ada potensi komunikatif Aminuddin, 2011124. Lambang kebahasaan dalam teks sastra, sebagai sesuatu yang hadir lewat motivasi subjektif pengarang, pemaknaan dengan demikian juga merujuk pada sesuatu yang lain di luar struktur yang terdapat dalam teks sastra itu sendiri. Unsur-unsur luar yang ditujukan itu akan mengacu berbagai fenomena yang kompleks. Oleh sebab itu, supaya pemahaman terhadapnya pun sangat beragam. Akan tetapi, sesuai dengan terdapatnya empat dimensi daalam teks sastra Aminuddin, 2011124. Karya sastra merupakan refleksi pemikiran, perasaan dan keinginan pengarang lewat bahasa. Bahasa itu sendiri tidak sembarang bahasa, melainkan bahasa khas. Yakni bahasa yang memuat tanda-tanda atau semiotik. Bahasa itu akan membentuk sistem ketandaan yang dinamakan semiotik dan ilmu yang mempelajari masalah ini adalah semilogi. Semilogi juga sering di sebut semiotika, artinya ilmu yang mempelajari tanda-tanda dalam karya sastra Endaraswara, 201163. Dalam membahas simbol pada puisi, biasanya membedakan antara simbol pribadi, penyair modern dengan simbolnya yang pernah dipakai pengarang-pengarang sebelumnya dan sudah diphami secara luas. Mula-mula simbolisme pribadi berkonotasi negatif, tetapi perasaan dan sikap terhadap simbol puitis selalu ambivalen. Sukar mencari lawan kata pribadi dalam konteks ini Konsep Semiotik merupakan hubungan antara petanda dan penanda, yang terdiri dari ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara petanda dan penanda. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kausualitas sebab-akibat. Simbol adalah tanda yang menunjukan tidak adanya hubungan alamiyah antara penanda dan petanda bersifat arbiter Model struktural semiotik muncul akibat ketidakpuasan terhadap kajian struktural. Jika struktural sekadar menitikberatkan aspek instrinsik, semiotika tidak demikian halnya, karena pemahaman semiotik mempercayai bahwa karya sastra memiliki sistem sendiri. Itulah sebabnya muncul kajian strukturalisme semiotik, artinya penelitian yang menghubungkan aspek-aspek struktural dengan tanda-tanda. Tanda sekecil apa pun dalam pandangan semiotik tetap diperhatikan. Istilah semiotik sering digunakan bersama dengan istilah semilogi. Istilah pertama, merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merefer pada ilmu tentangnya. Baik semiotik maupun semiologi sering digunakan bersama-sama tergantung di mana istilah itu populer Endraswara, 201164. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ini meneliti “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1 simbol 2 tanda, 3 penanda, 4 ikonisitas 5 indeks. Batasan Masalah Agar penelitian tetap terfokus dan tidak melewati ruanglingkup masalah di atas amak perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini di batasi pada analisis simbol. Rumusan Masalah Rumusan Masalah Umum Secara umum masalah penelitian ini adalah bagaimana Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce. Rumusan Masalah Khusus Agar permasalahan dalam penelitian ini menjadi jelas dan terarah perlu adanya perumusan masalah. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1 Bagaimana simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 2 Bagaimana simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? 3 Bagaimana simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar? Tujuan Penelitian Suatu penelitian dilakukan pasti mempunyai tujuan. Agar tujuan penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang dari pembahasan, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk memperoleh gambaran objektif tentang “Analisis Simbol dalam Kumpulan Puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar Kajian Semiotika Peirce”. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi objektif tentang 1 Mendeskripsikan simbol cinta pada Tuhan dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 2 Mendeskripsikan simbol cinta pada sesama dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar 3 Mendeskripsikan simbol cinta erotis dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Untuk menambah wawasan dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dalam mengapresiasi karya sastra khususnya puisi. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra dan teori semiotik. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman yang berharga dalam penulisan karya ilmiah dan sebagai bekal untuk mengadakan penelitian selanjutnya dimasa yang akan datang. b. Bagi pembaca Hasil penelitian ini dapat mengembangkan kepribadian, kepekaan, dan wawasan pemikiran yang berkenaan dengan analisis simbol agar daya tangkap persepsi dan penalaran mengenai lingkup semiotik. Definisi Operasional Untuk menghindari salah tafsir dan salah persepsi terhadap pokok-pokok masalah yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu di jelaskan batasan istilah penting berikut 1. Puisi adalah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang. 2. Semiotika adalah sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. 3. Simbol-simbol adalah menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. ============================================================================== BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu yang Relevan Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, tinjauan terhadap penelitian terdahulu sangat penting untuk mengetahui relevansinya. Penelitian Sayekti Handayani 2005 yang berjudul "Aspek Moral dalam Novel Biru Karya Fira Basuki Tinjauan Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terhadap novel Biru, ditemukan bahwa 1 Aspek agama sebagai penentram batin yaitu tindakan yang dilakukan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Sang Pencipta, 2 Aspek kepedulian terhadap lingkungan yaitu suatu tindakan peduli dalam pencemaran lingkungan, 3 Aspek korupsi dan memperkaya diri yaitu tindakan yang dilakukan bukan hanya karena alasan minimnya ekonomi, tetapi sudah merupakan suatu kebudayaan khususnya di Indonesia, 4 Aspek perselingkuhan yaitu alasan perselingkuhan salah satunya adalah tidak ada kecocokan antara keduanya, 5 Aspek pelecehan seksual yaitu pelecehan terhadap perempuan yang tidak hanya terbatas pada gerakan fisik, tetapi sudah mengarah pada tindakan kriminal yaitu perkosaan, 6 Aspek pergaulan bebas yaitu ada pergaulan tanpa batasan yang dilakukan sebagian anak muda dan salah satu penyebabnya adalah pengaruh lingkungan dan longgarnya moral agama dan efek sosial di kalangan anak muda. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh Penelitian Sayekti Handayani 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Penelitian Evriana Lestyarini 2005 yang berjudul "Aspek Moral Novel Orang-orang Proyek Karya Ahmad Tohari Tinjauan Semiotik". Lestyarini mengungkapkan aspek moral yang terdapat dalam novel Orang-orang Proyek antara lain 1 aspek penyalahgunaan kekuasaan digambarkan melalui tokoh insinyur Dalkijo yang melakukan korupsi pada proyek pembangunan jembatan sungai Cibawor, 2 aspek kenakalan remaja melalui tokoh Bejo dan beberapa temannya tergolong anak muda yang suka bermain judi dan minuman keras, 3 aspek kriminalitas dilukiskan melalui perilaku orang-orang kampung dan para pekerja proyek yang melakukan pencurianterhadap bahan bangunan secara terang-terangan, 4 aspek ketidakpastian dapat diketahui dari tindakan insiyur Dalkijo dianggap suka memaksa kehendak kepada orang lain, dan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, 5 aspek keyakinan beragama tampak melalui tokoh insinyur Kabul yang taat beribadah sebagai umat beragama, 6 aspek kejujuran dilukiskan oleh tokoh insinyur Kabul memiliki pribadi yang jujur, lurus dan tidak mementingkan kepentingan sendiri, 7 aspek cinta kasih terhadap lawan jenis atau pria dan wanita digambarkan oleh Wati yang memiliki rasa cinta terhadap lawan jenisnya yaitu insinyur Kabul. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Evriana Lestyarini 2005 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Septefin Dyah Prabawani 2006 dalam penelitiannya yang berjudul "Aspek Moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo Analisis Semiotik" mengungkapkan, berdasarkan analisis semiotik terdapat beberapa aspek moral dalam Cerita Banjaran Karna Versi Ki Nartosabdo, yakni aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, aspek kesetiaan, aspek nasionalisme dan patriotisme. Aspek sikap ksatria bawalaksana sabdo pandeta ratu, dicerminkan sikap Karna pada saat ditemui Prabu Kresna tentang keberpihakkannya apabila terjadi perang Bhatarayudha, Karna menjawab dengan tegas akan tetap memihak pada Kurawa, bahkan berharap Bharatayudha harus terjadi. Dalam aspek kesetiaan digambarkan sikap Karna dalam menjunjung tinggi aturan atau hukum. Aspek nasionalisme dan patriotisme yaitu pada sikap lahiriah Karna tanpa ragu-ragu untuk tetap memihak dan menyatu dengan para Kurawa, meskipun batinnya tetap memihak Pandawa. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Septefin Dyah Prabawani 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ariyanto dan Abdul Kosim 2006 dengan judul “Kritik Sosial dalam Karikatur Harian Umum Solopos edisi bulan Januari-Maret 2007 Tinjauan Semiotik” . Ariyanto dan Abdul Kosim dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai krisis kepercayaan terhadap sistem penerbangan di tanah air mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan masyarakat terhadap jasa penerbangan pesawat Adam Air. Nilai krisis kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah mengandung gagasan berupa ketidakpercayaan rakyat terhadap program Gerakan Rakyat Menanam, kebijakan pemerintah yang tidak merakyat, ketidakefektifan program Askeskin. Nilai krisis sosialisme memiliki beberapa gagasan yaitu keegoisan pejabat DPRD, keegoisan pejabat pemerintah, keegoisan aparat kepolisian, keegoisan pejabat DPR. Adapun, nilai koboi-isme mengandung gagasan berupa perilaku liar seorang polisi. Adapun persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 terletak pada tinjaunnya yaitu sama-sama menggunkan kajian semiotik, sedangkan letak perbedaanya pada objek yang di teliti, kalaua penelitan yang dilakukan oleh penelitian Abdul Kosim 2006 menggunakan novel sedangkan penelitian ini menggunakan puisi sebagai objek penelitian. Struktur religiusitas kumpulan puisi “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Perbedaan dengan peneltian yang akan dilakukan terletak pada kajian dan judul yang di ambil masing-masing peneliti, sedangkan persamaan terletak pada judul puisi yang di ambil yaitu “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar. Landasan Teori Pengertian Puisi Ada tiga bentuk karya sastra, yaitu; prosa, puisi, dan drama. Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis manusia. Karya –karya sastra lama yang berbentuk puisi misalnya; Mahabrata dan Ramayana. Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani; Poima yang berarti membuat, atau Poesis yang berarti pembuatan, sedangkan dalam bahasa inggris disebut Poem’ atau Poetry’. Puisi diartikan sebagai membuat atau pembuatan, karena pada dasarnya melalui puisi seorang telah mampu membuat dan menciptakan suatu dunia tersendiri berdasarkan hasil pemikiran dan daya imajinasinya yang di dalamnya berisi amanat atau pesan serta gambaran suasana-suasana tertentu, baik berupa fisik maupun batin seseorang Aminuddin, 1987134. Istilah puisi bukan suatu yang asing, namun untuk menjelaskan pengertian puisi seringkali mengalami kesulitan karena beragamnya bentuk puisi sehingga rumusan-rumusan pengertian puisi berbeda pula. Antar penyair yang satu dengan penyair yang lainnya mempunyai dasar pengertian yang berbeda tentang puisi. Rumusan pengertian puisi yang diberikan akan tidak sesuai jika diterapkan pada bentuk puisi yang berbeda. Dari hal itulah maka pendefinisian puisi sangat beragam bergantung pada sisi mana pengertian itu diberikan dan kedalaman pemahaman seseorang tentangnya. Walaupun sampai sekarang tidak dapat dijumpai pengertian puisi yang tepat untuk semua bentuk dan jenis puisi, kita dapat memakai ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi. Beberapa tokoh memberikan penegtian puisi sangat beragam. Wiryosoedarmo mengatakan puisi sebagai karangan yang terikat oleh banyaknya baris dalam tiap bait, banyaknya kata dalam suku kata dalam tiap baris, rima dalam irama Pradopo, 20025. Hudson mengutip Mc Caulay memberikan pengertian puisi sebagai salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampainya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, yaitu dengan kata-kata yang indah, penataan unsure bunyinya mampu mengungkap gagasan, angan-angan atau imajinasi serta ilusi tentang keindahan ketika membaca puisi tersebut 1987134. Waluyo 198725 memberikan pengetian puisi bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan persaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Ahmad 19783 mengumppulkan pendapat dari beberapa penyair romantik inggris dengan melihat unsure-unsur puisi yaituy; emosi, imajinasi, pemikiran, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan dan perasaan yang bercampur baur, menyimpulkan bahwa puisi sebagai proses ekspresi pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Pradopo 20026 memberikan pengertian puisi merupakan rekaman dan interpretasi mpengalaman manusia yang penting kemudian diekspresikan dalam wujud yang paling berkesan. Puisi dapat dikenali dari struktur lahir dan struktur batinnya. Memperhatikan struktur lahirnya, Mulyana mengatakan puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya, yang menghasilkna rima , ritma dan musikalitas. Sedangkan Reeves menyatakan puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan daya pikat, sedang Samson lebih melihat puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional Waluyo, 198723. Dilihat dari struktur batin puisi, Waluyo 198723 mengumpulkan pendapat para tokoh mengenai puisi antara lain; Puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan Spenser, atau peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal dari emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian Johnson, ungkapan perasaan, pikiran dan emosional pengarang yang diwujudkan dalam bentuk keindahan. Waluyo pada satu kesimpulan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur lahir dan struktur batinnya 198725. Aminuddin 1987134 mengatakan bahwa pada dasarnya perumusan pengertian puisi tidak begitu penting, karena yang terpenting adalah bagaimana kita. Mampu menikmati puisi yang ada. Namun untuk sekedar pandangan agar kita tidak terlalu sulit untuk mendefinisikan puisi. Maka dapat disimpulkan dari beberapa tokoh mengenai pengertian puisi yang beragam, yaitu bahwa “Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikran dan perasaan penyair scara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya yang ditampilkan dengan susunan terindah”. Teori Semiotika Peirce Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal bisa dikomunikasikan di dunia ini. Secara umum, semiotik didefinisikan sebagai berikut; “Semiotik biasanya didefinisikan sebagai teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory, semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang di miliki ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia”. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan humanity memaknai hal-hal things. Memaknai to sinify dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan to communicate. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Semiotika yang merupakan bidang studi tentang tanda dan cara tanda-tanda itu bekerja dikatakan juga semiologi. Dalam memahami studi tentang makna setidaknya terdapat tiga unsur utama yaitu tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsi indra kita. Tanda mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri, dan bergantung pada pengenalan oleh penggunanya sehingga disebut tanda. Kajian semiotik merupakan kajian terhadap tanda-tanda secara sistematis yang terdapat dalam karya sastra termasuk novel. Ada dua hal yang berhubungan dengan tanda, yakni yang menandai atau penanda yang ditandai atau penanda. Hubungan antara tanda dengan acuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Simbol yang ada tentunya sudah mendapat persetujuan antara pemakai tanda dengan acuannya. Misalnya, bahasa merupakan simbol yang paling lengkap, terbentuk secara konvensional, hubungan kata dengan artinya dan sebagainya. Ada tiga macam simbol yang dikenal, yakni 1 simbol pribadi, misalnya seseorang menangis bila mendengar sebuah lagu gembira karena lagu itu telah menjadi lambang pribadi ketika orang yang dicintainya meninggal dunia, 2 simbol pemufakatan, misalnya burung Garuda atau Pancasila, bintang= keutuhan, padi dan kapas= keadilan sosial, dan 3 simbol universal, misalnya bunga adalah lambang cinta, laut adalah lambang kehidupan yang dinamis. Teori Simbol Kata “simbol” yang berasal dari kata Yunani sumballo berarti menghubungkan atau mengabungkan. Simbol merupakan suatu tanda, tetapi tidak setiap tanda adalah simbol. Simbol yang berstruktur polisemik adalah ekspresi yang mengkomunikasikan banyak arti. Bagi Ricoeur, yang menandai suatu tanda sebagai simbol adalah arti gandanya atau intensional arti gandanya. Ricoeur merumuskan bahwa setiap struktur pengertian adalah suatu arti langsung primer, sekunder, figuratif yang tidak dapat dipahami selain lewat arti pertama. Ketika masyarakat majemuk berinteraksi dengan masyarakat lain yang berbeda budaya, maka tatkala proses komunikasi dilakukan, simbol-simbol verbal atau nonverbal secara tidak langsung dipergunakan dalam proses tersebut. Penggunaan simbol-simbol ini acapkali menghasilkan makna-makna yang berbeda dari pelaku komunikasi, walau tak jarang pemaknaan atas simbol akan menghasilkan arti yang sama, sesuai harapan pelaku komunikasi tersebut Ricoeur dalam Rosyidi, 2010159 mendefiniskan simbol sebagai struktur penanda yang di dalamnya terdapat sebuah makna langsung, pokok atau literer menunjukkan kepada makna tambahan, makna lain yang tidak langsung, sekunder dan figuratif yang dapat dipahami hanya melalui yag pertama. Pembebasan ekspresi dengan sebuah makna ganda ini mengatakan dengan tepat wilayah hermeneutik. Sedangkan Noth 200645 mengatakan bahwa simbol merupakan kategori atas tanda-tanda arbitrer dan konvensional “suatu simbol merupakan tanda yang mengacu pada objek yang digambarkan oleh suatu hukum, biasanya asosiasi ide-ide umum”. Menurut Morris dalam Noth, 200655 mengatakan bahwa simbol merupakan tanda yang dihasilkan oleh interpretasinya yang bertindak sebagai pengganti atas tanda lain yang yang dianggap sinonim semua tanda yang bukan simbol. Lain halnya dengan Hjelmslev dalam Noth, 200671 mendefinisiakan simbol sebagai entitas nonsemiotik yang bisa diintepretasikan dalam termonologinya, entitas monoplanar itu dengan isomorfi ekspresi. Simbol banyak digunakan dalam bidang humariora dalam pengertian yang luas simbol merupakan sinonim tanda Noth, 2006115. Menurut Whitehead dalam Noth, 2006115 mangatakan setiap tindak persepsi tidak langsung merupakan simbol. Ogned dan Richrd dalam Noth, 2006115 mendefinisikan simbol sebagai tanda yang digunakan dalam komunikasi manusia. Maka, simbol yang diartikan Pierce sebagai tanda yang mengacu pada objek itu sendiri, melibatkan tiga unsur mendasar dalam teori segi tiga makna simbol itu sendiri, satu rujukan atau lebih dan hubungan antara simbol dengan rujukan. Di sini dapat dilihat, bahwa hubungan antara simbol sebagai penanda dengan sesuatu yang ditandakan petanda sifatnya konfensional. Masyarakat pemakainya menafsirkan ciri hubungan antara simbol dengan objek yang diacu dan menafsirkan maknanya. Kajian simbol berjalan dengan dua kesulitan untuk masuk ke struktur gandanya, pertama, simbol memiliki bidang penelitian yang terlalu banyak dan terlalu beraneka ragam. Ke dua, konsep simbol melekat pada dua dimensi atau dua semesta wacana, yaitu suatu tatanan lingustik dan tatanan nonlingustik. Simbol limguistik dibuktikan oleh fakta bahwa simbol dibangun oleh simantik simbol yaitu teori yang menjelaskan struktur simbol berdasarkan makna signifikan Rosyidi, 2010159-160. Kompleksitas eksternal simbol ini dapat dijelaskan oleh teori metafora dengan tiga langkah 1. Mengindentifikasi benih semantik yang khas setiap simbol betapapun berbedanya masing-masing, berdasarkan struktur makna yang operatif dalam tuturan metaforis. 2. Berfungsinya metaforis bahasa akan membebaskan peneliti untuk memisahkan strata nonlinguistik simbol, penyebaran baru mengenai simbol ini akan menimbulkan perkembangan yang jauh dalam teori metafora yang jika tidak tersembunyi. Dengan cara ini, teori simbol akan mengizinkan peneliti untuk menyempurnakan teori metafora Ricoeur dalam Rosyidi, 2010153. Ciri makna semantik simbol diindentifikasi dengan melihat hubungan makna harfiah dengan figuratif dalam tuturan metaforis. Simbol dikaitkan dengan bahasa sebab simbol muncul jika ia di ujarkan, sedangkan metafora adalah pelaku ulang yang membahas aspek simbol Rosyidi, 2010160. Simbol tidak dapat hanya disikapi secara isolatif, terpisah dari hubungan asosiatifnya dengan simbol lainnya. Simbol berbeda dengan bunyi, simbol telah memiliki kesatuan bentuk dan juga makna. Maka, pada dasarnya simbol dapat dibedakan menjadi simbol-simbol universal, simbol kultural yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan tertentu, dan simbol individual Teori metafora berguna mengungkapkan simbol sehingga metafora memahami pelanggaran semantik pada kalimat menjadi model untuk perluasan makna. Maka simbol sebenarnya bertentangan dengan makna. Dalam makna simbol tentu tidak ada dua makna, maka dua makna itu menjadi satu tingkatan gerakan yang memindahkan dari satu tingkat linguistik ke tingkat nonlinguistik yang keduanya berasimilasi menjadi makna yang dicari Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbol tidak bisa diatasi secara tuntas oleh bahasa konseptual, ada lebih banyak simbol dari pada persamaan konseptualnya. Untuk mengindentifikasi sisi nonsemantik simbol dengan metode kontras, maka setuju menyebutnya semantik ciri-ciri simbol. 1. Memungkinkan analisis linguistik dan analisis logis logis berdasarkan makna interpretasi. 2. Mempunyai persamaan metafora yang sesuai. Oleh karena itu, sesuatu dalam simbol tidak sesuai dengan metafora karena kenyataannya ini menolak transkripsi linguistik, sematik, atau logis Ricoeur dalam Rosyidi, 2010161. Simbolisme hanya bekerja ketika struktur ditafsirkan. Hermeneutik minimal demi fungsinya simbolisme apa pun. Akan tetapi, penjabaran linguistik ini tidak menekankan pada apa yang disebut ketaatan pada simbolisme yang khas semesta suci. Penafsiran suatu simbolisme, bahkan, tidak dapat terjadi jika mediasinya tidak disahkan oleh hubungan langsung antara makna dalam hierofani itu di bawah pertimbangan. Kesucian dalam membuka dirinya dalam mengatakan dirinya sebagai simbol Ricoeur dalam Rosyidi, 2010162. Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung. Oleh sebab itu, “Hermeneutika bertujuan menghilangkan misteri yang terdapat dalam sebuah simbol dengan cara membuka selubung daya-daya yang belum diketahui dan tersembunyi di dalam simbol-simbol tersebut” Wachid 2008 26-27. Simbol Cinta pada Tuhan Dalam semua agama ateis, Tuhan adalah nilai tertinggi yang paling didambakan. Cinta Tuhan adalah karunia. Sikap religius yang benar adalah mempercayai karunia ini dan menghayati diri sebagai yang kecil dan tak berdaya. Karakter cinta Tuhan berkaitan erat dengan pentingnya unsur-unsur patriarkhal dan matriarkhal dalam sebuah agama. Dalam konteks partiarkhal, Tuhan itu adil dan tegas; Dia memberi hukuman dan pahala. Sedangkan dari segi martriakhal dalam agama, Tuhan mencintai dan merengkuh kita, tidak pandang bulu, seperti layaknya ibu; menolong, melindungi dan mengampuni. Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Tuhan adalah pencipta, tetapi tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memujanya. Karena itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada tuhan adalah bagian hidup manusia, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan penciptaan semesta untuk manusia. Pemujaan-pemujaan itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya. Mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala keinginan kita. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta terhadap Sang Maha cinta merupakan klimaks dari pada cinta itu sendiri. Di ranah agama cinta identik dengan Tuhan, nilai tertinggi dalam ajaran agama adalah cinta terhadap Sang Maha cinta. Puncak cinta manusia yang paling bening, jernih, dan spritual ialah cinta kepada Tuhan. Semua cinta bersumber dari agama karena cinta terlahir dari Tuhan. Cinta Tuhan berasal dari kebutuhan dan mengatasi keterpisahan serta untuk meraih kesatuan Fromm, 2004112. Cinta kepada Tuhan bukanlah pengetahuan mengenai Tuhan dalam pikiran dan bukan juga pikiran tentang cinta terhadap Tuhan, melainkan tindakan mengalami kesatuan dengan Tuhan. Hal ini mengarah pada penekanan cara hidup yang tepat Fromm 2004136. Cinta Tuhan merupakan manifestasi dari hubungan manusia dengan yang ghaib, yaitu yang menciptakannya. Cinta Tuhan lahir dari keyakinan agamanya, dan akan Tuhannya yang menentukan segala kehidupannya. Cinta Tuhan juga merupakan manifestasi dari kesediaan makhluk untuk berbakti kepada-Nya. Cinta Tuhan adalah bentuk cinta yang berdimensi spiritual yaitu hakikat cinta Ilahi di mana kita akan menemukan kedamaian dalam hening yang abadi. Cinta Tuhan merupakan wujud kesempurnaan dari rasa cinta. Kita tidak hanya akan mendahulukan kepentingan objek yang kita cintai. Lebih dari itu, ketika kita telah mencapai tingkatan ini kita tidak akan lagi melihat diri kita sebagai sesuatu yang kita miliki, penyerahan secara penuh, sirnanya kepentingan pribadi. Kita merasa bahwa apapun yang kita miliki adalah milik objek yang dicintai. Simbol Cinta Sesama Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa lepas dari saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain dalam melengkapi kekurangan dari masing-masing individu. Hal ini akan terealisasi apabila cinta terhadap sesama tertanam dalam kehidupan kita dalam menjalankan peran kita sebagai makhluk sosial. Menurut Fromm 200482. Cinta persaudaraan jenis cinta yang paling fundamental yang mendasari semua tipe cinta adalah cinta persaudaraan brotherly love. Yang saya maksudkan dalam kata ini adalah sebuah rasa tanggungjawab, perhatian, penghormatan serta pemahaman akan setiap manusia lain yang ingin kita majukan hidupnya Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya. Fromm 200485 menyatakan cinta persaudraan merupakan cinta antara mahkluk sederajat, meski sesungguhnya kita semua juga selalu sederajat. Hal senada juga didukung oleh Sorokin Krich, 2009386 diranah sosial cinta adalah interaksi yang penuh makna antara dua orang atau lebih, tempat segala keinginan dan tujuan dari seseorang terbagi bersama dan tercapai dengan bantuan orang lain. Seorang pecinta tidak akan menghalang-halangi pencapaian dari orang yang dicintai, sebaliknya, ia akan menolong tidak akan menimbulkan rasa sakit atau kesedihan bagi orang yang dicintai. Simbol Cinta Erotis Cinta jenis ini mendambakan peleburan secara total, penyatuan dengan pribadi lain. Pada hakekatnya cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal. Cinta inilah yang barangkali merupakan bentuk cinta yang paling tidak dipercaya. Cinta erotis sering dikaitkan dengan pengalaman eksplosif jatuh cinta; suatu keruntuhan tiba-tiba atas tembok pemisah yang ada di antara dua orang yang masih terasa masih asing satu sama lain. Kemudian pengalaman keintiman yang tiba-tiba ini pada dasarnya bersifat sementara. Kebanyakan orang mengatakan bahwa gagasan tentang cinta juga seringkali di samakan dengan keinginan seksual, sehingga mereka mudah terbawa pada kesimpulan yang salah bahwa mereka sedang mencintai orang lain. Padahal yang terjadi sesungguhnya adalah situasi dimana mereka saling menginginkan secara fisik. Bila keinginan untuk penyatuan fisik tidak dirangsang oleh cinta, maka cinta itu hanya membawa pada penyatuan yang bersifat orgiatis dan sementara. Cinta erotis apabila memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu bahwa saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakikat keberadaan saya. Lebih jauh, mencintai seseorang bukan hanya melibatkan perasaan yang kuat saja, melainkan juga melibatkan suatu keputusan, suatu penilaian dan suatu perjanjian. Cinta erotik merupakan cinta antara jenis kelamin yang berbeda, antara pria dengan wanita. Cinta ini disebut cinta erotik karena mengandung dorongan-dorongan erotik atau seksual. Pada umumnya, perasaan cinta ini muncul dalam diri seseorang bersamaan dengan munculnya hormon seksual pada saat memasuki masa remaja awal. Jika perasaan cinta ini tidak terkendalikan dengan baik justru akan dapat menimbulkan berbagai bentuk penyimpangan perilaku seksual. Cinta yang sangat berbeda dengan kedua jenis cinta yang telah disebutkan adalah cinta erotis mendambakan sesuatu peleburan secara total,penyatuan dengan pribadi hakekatnya, cinta erotis bersifat eksklusif dan tidak universal Fromm,200493. Cinta erotis bersifat eksklusif, tetapi dalam mencintai pribadi yang lain dia juga mencintai sesama manusia, semua yang erotis bersifat eksklusif ketika ia hanya dapat meleburkan diri sepenuhnya dalam segala aspek kehidupan dan bukan dalam cinta persaudaraan. Cinta erotis,jika memang merupakan cinta, mempunyai satu premis yaitu saya benar-benar mencintai dari hakekat keberadaan saya dan menerima pribadi yang lain dalam hakekat keberadaan saya Fromm,200498. Cinta antara pasangan kekasih atau cinta antara suami dan istri adalah cinta yang terbentuk antara kedua pasangan tersebut. Pada pasangan yang telah dewasa, bila faktor-faktor emosional dan sosial telah dinilai siap,maka hubungan itu dapat dilanjutkan dengan membuat komitmen perkawinan. dalam perkawinan,diharapkan ketiga komponen ini tetap hadir dan sama kuatnya. Cinta pada dasarnya merupakan suatu kemauan, suatu keputusan untuk mengikat kehidupan dengan kehidupan orang ini memang merupakan dasar dari gagasan bahwa suatu ikatan pernikahan tidak boleh diputuskan seperti yang terjadi pada berbagai bentuk pernikahan tradisional dimana kadua mempelai tidak pernah memilih jodohnya sendiri tetapi telah dipilihkan oleh orang lain dan diharapkan mereka akan bisa saling mencintai dikemudian hari Fromm, 200498-99 Cinta adalah energi penghidupan bagai kehidupan sepasang suami istri. Pernikahan yang hanya didasari komitmen akan terasa kering karena baik suami maupun istri hanya menjalankan kewajiban saja. Variasi lain, perkawinan hanya dianggap sebagai lembaga yang mengesahkan hubungan semacam ini kehilanagn sifat persahabatnnya, yang ditandai dengan tidak adanya kemesraan suami istri, seperti makan bersama, berbincang-bincang, saling berpelukan dan sebagainya. ============================================================================ BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam metode kualitatif memfokuskan perhatian pada data yang alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya Ratna, 201047. . Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hal ini sejalan dengan pendapat Ratna 201046 yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif ialah penelitian yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan dalam bentuk deskripsi. Sumber Data dan Data Sumber Data Sumber data adalah subjek penelitian dari mana data diperoleh Arikunto, 2006129. Sumber data penelitian ini adalah Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang berupa kata-kata atau kalimat yang sesuai dengan rumusan masalah. Data Data dalam penelitian ini yang berwujud penggalan-penggalan kalimat, uraian kalimat serta paragraph yang mendukung atau mengacu pada rumusan dan tujuan penelitian mengenai simbol pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode Peneltian Metode yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi ialah cara pengumpulan bahan-bahan atau data-data yang diambil dari bahan pustaka, yaitu berupa Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dimaksud sebagai kegiatan dalam pengumpulan data penelitian. Teknik Pengumpulan Data Tekinik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah simak dan catat, yaitu teknik pengumpulan yang dilakukan dengan membaca secara cermat kemudian dicatat dalam bentuk kode tertentu untuk memudahkan pengambilan acuan pada data Straus dalam Mahsun, 200990-93. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan menyimak bahsa yang tiidak hanya pada bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis. Tekinik lanjutan dari metode simak adalah tekinik sadap dan catat Mahsun, 200990-3. Akan tetapi, tekinik sadap tidak sesuai karena teknik ini dilakukan pada bahsa lisan. Praktisnya, puisi disimak untuk mengumpulkan data sesuai dengan masalah penelitian kemudian diklasifikasikan dan kemudian di beri kode untuk kemudian dianalisis. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain 1 Membaca berulang-ulang kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 2 Menggaris bawahi kalimat yang menggambarkan tentang rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. 3 Menyeleksi kalimat-kalimat yang mengambarkan rumusan masalah kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan data adalah memperoleh data tentang sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah di tentukan dan sesuai dengan rumusan masalah Arikunto, 2006150. Maka instrumen pengumpulan data dijelaskan sebagai berikut. Tabel Instrumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. Metode dan Teknik Penganalisis Data Metode Penganalisisan Data Karena penelitian ini menggunakan dokumentasi, metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan isi atau fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis Ratna, 201053. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis secara rinci, dan menafsirkan data yang sesuai dengan permaslahan dalam landasan teori yang dipaparkan. Teknik Penganalisisan Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis isi content analysis. Analisis isi adlaah teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kualitatif tentang analisis simbol dalam kumnpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Prosedur Penganalisisan Data Sedangkan prosedur penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Mengumpulkan data. Mengambil data yang berupa penggalan-penggalan bait puisi pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar yang menunjukkan rumusan masalah. Data yang berhasil dikumpulkan. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkanb rumusan masalah penelitian. 2. Mengklasifikasi Data Setelah data terkumpul, maka langkah analisis selanjutnya adalah mengklasifikasi data. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan data-data yang sesuai dengan rumusan yang kemudian diberi kode. 3. Pengkodean Data. Data-data yang sudah dikelompokkan kemudian diberi kode sesuai dengan data yang diperoleh dan rumusan. Berikut contoh pengkodean 01/R1/01/ Keterangan 01 Nomor urut data R1 Rumusan 1 01 Halaman Pengkodean data dilakukan dengan uraian sebagai berikut Tabel pengkodean Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. 4. Menginterprestasikan Data. Data yang sudah diinterprestasikan kemudian dideskripsikan dengan menggunkan teori dan konsep yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian. 5. Mendeskripsikan Data Setelah data dikumpulkan dalam korpus data kemudian dideskripsikan berdasarkan rumusan yang sesuai dengan teoori yang digunakan dalam penelitian. 6. Membuat Simpulan. Membuat simpulan berdasarkan hasil temuan pada analisis data beserta saran penelitian sehingga diperoleh garis besar dari keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan. Instrumen Penganalisisan Data Instrumen Penganalisisan data menurut Suharsimi Arikunto 2010134 instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya ini dijelaskan sebagai berikut Tabel Instruumen Pengumpulan Data Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut nama-Mu kegoyahan imannya kepada Tuhan, termangu, isi masih menyebut nama Tuhan dalam doa-doanya. Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan kekhawatirannya terhadap sahabatnya mendorongnya untuk menghiburnya dan memberikan dukungan mental. Rasa empati yang dimilikinya terhadap sesama adalah bentuk kecintaannya terhadap sesama. Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda. penggambaran kemampuan cinta cinta erotis dalam menundukkan keegoan individu dan meleburkan dua pemahaman yang berbeda dalam ikatan cinta kasih.

MAKNAPUISI SIA-SIA KARYA CHAIRIL ANWAR . Sia-Sia (Versi Deru Campur Debu) Penghabisan kali itu kau datang. membawa karangan kembang. Mawar merah dan melati putih: darah dan suci. Kau tebarkan depanku. serta pandang yang memastikan: Untukmu. Sudah itu kita sama termangu. Saling bertanya: Apakah ini? Cinta? Keduanya tak mengerti. Sehari itu kita bersama.

Buku TerjemahanTerjemahanKerja penterjemahan secara eceran hampir tiada di arus perdana. Bilik Penyair berhasrat mempergiatkan bahagian ini meskipun secara kecil-kecilan. Esei Wawancara Terbitan Tentang Penafian Deru Campur Debu pertama diterbitkan di tahun kematian Chairil Anwar pada tahun 1949. Kemudian puisi-puisi ini diterbitkan kembali dan dilengkapi dengan ilustrasi oleh Oesman Effendi tahun di sebelah merupakan edisi 1958Kawanku dan AkuSudah larut sekali. Hilang tenggelam segala makna. Dan gerak tak punya Tubuh mengucur darah mengucur darahOrang BerduaMasih berdekapankah kami atau mengikut juga bayangan itu?Udara bertuba. Setan bertempik. Ini sepi terus ada. Dan TinggalSegala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal. Selamat TinggalAkuAku mau hidup seribu tahun lagi
Berpuisidan Diterima35 Contoh teks puisi Chairil Anwar, puitis dan penuh makna Jul 31, 2022 · Saya tidak tahu dan mungkin tidak ada yang tahu kecuali beliau sendiri. Kumpulan sajaknya: Deru Campur Debu (1949), Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (bersama Rivai Apin + Asrul Sani, 1950). Sajak
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran yang konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa Sumardjo, 1994 3. Sastra sebagai ungkapan pribadi manusia, tentunya mengandung berbagai hal atau permasalahan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh sang pengarang dalam karangannya. Oleh karena itu, hal-hal yang ingin diungkapkan sastrawan dalam karyanya adalah hal-hal yang berasal dan kehidupan sehingga dapat diresapi. Bahkan apa pun yang dilakukan sastrawan terhadap bahan yang telah dipilih dan diambil dan kehidupan, tujuan sastrawan sudahlah pasti. Melalui karyanya ia memperluas, memperdalam dan memperjernih penghayatan pembaca terhadap salah satu sisi kehidupan yang disajikan Saini, 1990 15. Wellek dan Austin Warren 1995 3 mendefinisikan sastra sebagai suatu kegiatan kneatif, sebuah karya seni. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa karya sastra baik itu berupa sajak ataupun prosa, merupakan hasil dan kreativitas pengarang dalam mengungkapkan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat, keyakinan dalam bentuk karya sastra. Oleh karena itu karya sastra adalah bagian eksistensial dan keberadaan manusia, karena Ia lahir sebagai bentuk ekspresi atau ungkapan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat ataupun keyakinan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Taum 1987 20 “Sastra hadir sebagai bagian ekstensial dan keberadaan manusia. Pada mulanya sastra-sastra bersifat religius, menjadi media ekspresi pengalaman estetik dan mistik manusia dalam berhadapan dengan kekuatan alam natural dan ilahi supernatural. Sastra dan religi memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan. Atmosuwito 1989 124 menyimpulkan bahwa kitab suci Al Qur’an selain berisi tulisan-tulisan suci Secret Writing agama Islam, juga mengandung tulisan sastra. Demikian juga dengan kitab suci Bible, Bhagawat Gita juga dikatakan sebagai buku-buku puisi dan kitab Amsal dikatakan sebagai kitab sastra bijak wisdom literature. Lebih detail Atmosuwito 1989 126 mengungkapkan bahwa buku agama adalah sastra. Dan sastra adalah bagian dan agama. Puisi sebagai bentuk karya sastra adalah hasil kreativitas pengarangnya. Hal ini juga berarti, bahwa dalam puisi terkandung berbagai hal yang berasal dan kontemplasi pengarangnya, baik itu berupa perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan yang oleh Atmosuwito disebut religiusitas atau perasaan keagamaan, ataupun berupa hasil kontemplasi pengarangnya terhadap kehidupan atau alam. Penelitian tentang religiusitas dalam sastra masih sangat jarang dilakukan. Menurut sepengetahuan peneliti hanya terdapat satu penelitian yang mengkaji religiusitas dalam sastra yaitu satu penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati, dkk yang berjudul Religiusitas Dalam Sastra Modern. Objek kajian penelitian tersebut adalah novel-novel jawa modern tahun 1920-1945. Ada pun penelitian tentang religiusitas dalam bidang sajak belum ada yang melakukannya secara mendalam. Melihat kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas atau mengakaji aspek religiusitas dalam puisi. Ada pun karya sastra puisi dikatakan bermutu atau baik hams memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Dapat merekam isi jiwa pengarangnya Dapat dikomunikasikan kepada orang lain Sastra adalah sebuah keteraturan Penghiburan Sebuah integrasi Merupakan penemuan Merupakan ekspresi sastrawannya Sebuah karya sastra yang pekat Merupakan penafsiran kehidupan Sebuah pembahaman Syajak Chairil Anwar adalah sajak yang baik, karena sajak-sajak Chairil Anwar memenuhi syarat-syarat suatu karya sastra sajak yang baik. Sebagai sajak yang baik, tentunya sajak-sajak Chairil Anwar dapat mencapai tujuan penulisan karya sastra sebagaimana yang diungkapkan oleh Saini 1990 15, yaitu mampu memperjernih, memperdalam penghayatan pembacanya terhadap masalah yang diangkat dalam sajak tersebut, tidak terkecuali masalah religiusitas yang terdapat dalam sajak-sajaknya. Hadirnya sajak-sajak Chairil Anwar cukup banyak menarik perhatian para apresiator. Hal mi terbukti dengan adanya beberapa tanggapan dalam buku-buku ataupun surat kabar yang mengkaji sajak-sajak Chairil Anwar, namun dan sekian banyak penelitian tentang sajak Chairil Anwar belum ada yang mengakaji religiusitas yang terkandung di dalamnya secara mendetail. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak Chainil Anwar. Sajak yang akan dikaji aspek religiusitasnya dalam penelitian ini, yang terapat dalam buku kumpulan sajak Chairil Anwar yang berjudul Deru Campur Debu. Ada beberapa alasan yang mendorong peneliti memilih sajak tersebut sebagai bahan kajian antara lain Menurut sepengetahuan peneliti sajak tersebut belum ada yang mengkaji aspek religiusitas yang terkandung di dalamnya. Sajak tersebut dipilih sebagai bahan kajian karena dalam sajak tersebut tergambar suatu perasaan yang mendalam yang dirasakan oleh si aku link yang berhubungan dengan Tuhan, rasio ataupun rasa kemanusiaan. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang akan dibahas dalam penelitian mi adalah 1. Bagaimanakah struktur kumpulan puisi “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar? 2. Bagaimanakah aspek religiusitas dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anawar? Tujuan Penelitian Tujuan dan penelitian mi antara lain Untuk mendeskripsikan struktur kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Untuk mendeskripsikan aspek religiusitas dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dan penelitian mi antara lain sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis Sebagai informasi tentang religiusitas yang terdapat pada sajak kumpulan dalam puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti sastra khususnya yang membahas tentang religiusitas dalam sajak. b. Manfaat Praktis 1. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian-penelitian sastra khususnya saj ak. 2. Sebagai bahan informasi dan studi banding bagi penelitian selanjutnya. BAB II KAJIANPUSTAKA Penelitian yang Relevan Penelitian aspek religiusitas dalam sastra masih sangat kurang dan segi kualitas. Menurut sepengetahuan peneliti, terdapat hanya satu penelitian yang membahas tentang religiusitas dalam sastra, yaitu sastra penelitian yang berjudul Religiusitas Dalam Sastra Jawa Modern oleh Ratnawati, dkk yang diterbitkan pada tahun 2002 oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra Jawa modern mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra Jawa modern tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Disebutkan pula bahwa dan sejumlah data yang diteliti novel Jawa modern tahun 1920-1945, hanya ada beberapa karya sastra yang secara eksplisit mengungkapkan aspek religiusitas formal religiusitas agamis. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Religiusitas formal tergambar dalam sikap Kiay Saleh yang dengan teguh memegang ajaran agamanya yaitu islam, ia mengajarkan anak-anaknya untuk mengaji, sholat serta menanamkan sikap-sikap mulia kepada anak-anaknya. Dalam novel tersebut Tn Djoko Mulyo digambarkan bahwa pada akhimya anak Kiay Saleh ada yang menjadi Tuan Guru besar di suatu kampung. Konsep Dasar Dalam buku ”Prinsip-prinsip dasar metode riset pengajaran dan pembelajaran bahasa” dijelaskan bahwa analisis merupakan produk dari semua pertimbangan dan pemikiran yang terlihat dalam rancang bangun dan rencana penelitian Henry, 1987 178. Dalam hal ini, analisis yang dimaksud adalah analisis tentang segi religiusitas yang terdapat dalam kumpulan puisi ”Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kumpulan adalah sesuatu yang telah dikumpulkan, perhimpunan, tem,pat berkumpul Poerwadarminta, 1987 475. Sedangkan yang dimaksud dengan puisi adalah bentuk karangan yang terkait oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat Maskurun 2000128. Menurut Ensiklopedia Indonesia N-Z halaman 1147 dalam Tarigan, 19854 kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poiesis yang berarti penciptaan Pengertian Puisi sajak Puisi n ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait KBBI, 2003 235. Sedangkan Maskurun 2000128 mengatakan bahwa puisi ialah bentuk karangan yang terkait oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut Ensiklopedia Indonesia N-Z halaman 1147 dalam Tarigan, 19854 kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poiesis yang berarti penciptaan. Sedangkan Issac Newton dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan 19855. Sementara itu, Watts Dunton dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkrit dan bersifat artistik dari fikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama 19857. Sedangkan Lescelles Abercrombie dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat yang hanya kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna 19857. Serta menurut Wirojosoedarno Pradopo 20055 puisi itu karangan terikat oleh 1 banyak baris dalam tiap bait Kumplet/Strota, suku karangan; 2 banyak baris dalam tiap bait; 3 banyak suku kata dalam tiap baris; 4 rima; dan 5 irama. Pendapat lain mengatakan puisi adalah adalah ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutamakan. Hubungan dengan budaya intelek atau dengan suara hati hanya merupakan hubungan yang selintas. Jika bukan secara kebetulan, ia tidak akan mengena langsung dengan fungsi utamanya atau dengan kebenaran. Edgar, 198944. Pendapat lain mengatakan Puisi pada hakikatnya adalah satu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang sesuatu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah puisi, satu pengucapan seorang penyair. Samad Said, 200011 Jenis Puisi Jenis puisi ini didasarkan pada cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan. Adapun jenis-jenis puisi ini peneliti paparkan sebagai berikut. Puisi Naratif. Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya epik, romansa, balada, dan syair berisi cerita.Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh penyairnya disebut “orang-orang tercinta”. Kumpulan baladanya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis romansa. Salah satu bagian dalam “Empat Kumpulan Sajak”nya berjudul “Romansa” dan berisi jenis puisi romansa, yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan”. Kisah cinta ini dapat juga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan Priangan Si Jelita. Periode 1953-1961 banyak di tulis jenis romansa ini. Puisi Lirik. Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnyaelegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota Jakarta. Serenada adalah sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam Empat Kumpulan Sajak. Misalnya “Serenada Hitam”, “Serenada Biru”, “Serenada Merah Jambu”,”Serenada Ungu”, “Serenada Kelabu”, dan sebagainya. Warna-warna di belakang serenade itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Yang banyak di tulis adalah pemujaan tehadap tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus. Berikut ini kutipan Ode Buat Proklamator, sebuah ode yang memuja tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta. Dalam puisi ini, dapat diungkapkan rasa kagum penyair kepada sang proklamator. Ungkapan-ungkapan rasa kagum itu sangat mengena dan tidak bersifat klise. Kerinduan penyair untuk mendengarkan bara semangat yang ditiupkan lewat pidato-pidato yang berapi-api, dapat kita hayati sejak enam baris terakhir. Hukla, 197922 Puisi Deskriptif. Di depan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/ peristiwa, benda, atau suasana yang di pandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat di klasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik social, da puisi-puisi impresionitik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik social adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan impresi penyair terhadap suatu hal. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku kumpulan puisi Hukla karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga puisi Hukla puisi yang mementingkan suara atau serangkaian suara. Puisi kamar ialah puisi yang cocok di baca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang. Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdenagr lewat pembacaan secara keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena cocok untuk dioralkan. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu. Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan adalah merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, puisi yang bersifat impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah “cinta platonis” yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik. Puisi-puisi religius juga dapat dikategorikan puisi platonis. Demikian juga puisi yang mengungkapkan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya kiranya dapat dinyatakan sebagai puisi platonik. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius di satu pihak dapat dinyatakan sebagai puisi platonik menggambarkan ide atau gagasan penyair di lain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik mengajak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan. Karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair perahu, dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metefisikal. Kasidah-kasidah karya Barzanji dan Tasawuf karya Rumi kiranya dapt diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal. Puisi Subjektif dan Puisi Objektif Puisi subyektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang di tulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian juga puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada pembaca. Puisi obyektif berarti puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada beberapa yang subyektif. Puisi Konkret Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut pandang poems for the eye. Kita mengenal adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, idoegramatik, atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian kat lewat bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan haruf-huruf sangat potensial membentuk gambar. Gambar ujud fisik yang “kasat mata” lebih dipentingkan daripada makna yang ingin disampaikan. Contoh dalam bahasa Inggris, misalnya karya Joyce Klimer berikut ini t ttt rrrrr rrrrrrr eeeeeeeee ??? Kata yang hendak dinyatakan dalam puisi ini hanyalah “tree”; namun karena membentuk gambar pohon Natal, maka pembaca mengetahui bahwa yang dimaksud penyair adalah pohon Natal. Karya Sutardji banyak sekali yang dapat diklasifikasikan sebagai puisi konkret. Kemudian diikuti oleh penyair-penyair yang lebih muda. Puisi konkret ada yang berbentuk segitiga, kerucut, belah ketupat, piala, tiang lingga, bulat telur, spindle, ideografik, dan ada juga yang menunjukkan lambang tertentu. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis Puisi diafan ataupuisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat mudah dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar menulis puisi,dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang tepat dalm takarannya untuk lambing, kiasan, majas, dan sebagainya. Jika puisinya terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi, maka puisi itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan. Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap. Makna yang aneka ragamitu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut. Penyair-penyair besar seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis. Puisi-puisi daari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap. Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif Parnasian adalah sekelompok penyair Perancis pada pertengahan akhir abad 19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi parnasian. Puisi-puisi Rendra dalam Potret Pembangunan dalam Puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan sosiologi dapaat diklasifikasikan sebagai puisi parnasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan keilmuan. Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu. Dengan “mood”, puisiyang diciptakan akan memiliki tenaga gaib, mempunyai kekuatan untuk memikat perhatian pembaca. Puisi inspiratif biasanya tidak sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan. Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar adalah contoh puisi inspiratif. Puisi Demonstrasi dan Pamflet Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan pelajar sekitar tahun 1966. menurut Subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi domonstrasi 1966 bersifat kekitaan, artinya melukiskan perasaan kelompok bukan perasaan individu. Puisi-puisi mereka adlah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks dan ironi banyakkita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran, keadilan, kemanusiaan, tirani, kebatilan, dan sebagainya. Perkembangan Puisi di Indonesia Membaca puisi merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa, terutama siswa pada tingkat sekoiah dasar. Pada umumnya siswa SD masih kesulitan dalam membaca karya sastra berbentuk puisi. Hal tersebut terjadi bukan semata-mata karena kesalahan siswa, tetapi termasuk juga para pendidik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muchlisoh, bahwa para siswa tersebut lebih banyak diberikan bekal pengetahuan berbahasa daripada dilatih bagaimana menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan 1994 3. Melihat hasil yang demikian, maka yang perlu ditelusuri lebih jauh adalah mengapa hal seperti itu masih terjadi. Apakah hal tersebut disebabkan oleh faktor sarana pembelajaran yang kurang memadai, atau faktor latar belakang, lingkungan sosial siswa yang mendukung tidak terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik seperti pengaruh pergaulan tidak terkendali dalam masyarakat siswa itu tinggal dan lain sebagainya, atau faktor guru yang memang tidak memiliki kemampuan mengajar secara efektif, atau percampuran dari faktor-faktor itu semua. Dalam mengatasi hal demikian maka gurulah yang harus berperan aktif sesuai dengan perkembangan zaman. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Umar bahwa, “ sejalan dengan konsep-konsep baru ke arah dunia pendidikan, perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara-cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. Dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan. Sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus berubah” 2000 253. Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut di atas, membaca puisi sedikit berbeda dengan membaca teks atau bahan bacaan yang lain. Perbedaannya terletak pada cara memahaminya. Jika membaca teks, arti atau isi dapat langsung dipahami atau dimengerti karena kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sering diucapkan atau didengar dalam kegiatan sehari-hari, baik itu secara formal maupun non formal. Membaca kegiatan memang lebih sulit Jika dibandingkan dengan membaca prosa drama atau bahkan pengetahuan umum lainnya. Puisi harus ditaksirkan, direnungkan dalam-dalam dan dirasakan karena menyimpan makna yang tersembunyi, yakni banyak menggunakan makna lambang, karena puisi mengutamakan estetika. Berbagai macam bekal pengetahuan dan pengalaman di atas tersebut bekal awal karena, seperti telah diungkapkan di depan, untuk mampu mengepresikan suatu cipta sastra seseorang harus terus – menerus menggauli karya sastra. Pemilikan bekal pengetahuan dan pengalaman dapat diibaratkan sebagai pemilikan pisau bedah, sedangkan kegiatan menggauli cipta sastra itu sebagai kegiatan pengasahan sehingga pisau itu menjadi tajam dan semakin tajam. Langkah awal dalam pembelajaran membaca puisi ialah memparafrasekan puisi. Parafrasekan adalah mengubah puisi ke dalam bentuk prosa. Seorang sastrawan yang mengekspresikan karya-karya melalui puisi untuk mendapatkan hasil yang lebih hidup dan indah dibutuhkan keterampilan mengolah kata dengan penambahan, pengulangan, penukaran, penggantian dan penghapusan. Banyak kalimat dalam puisi kadang-kadang tidak lengkap, ada yang terpenggal dan bahkan satu larik puisi ada yang hanya terdiri atas satu perkataan saja. Bangun kalimat yang tidak lengkap atau tak sempurna ini biasanya merupakan salah satu kesulitan di dalam memahami puisi. Untuk memudahkan puisi terlebih dahulu memparafrasekan puisi yang telah dibaca dengan cara memberi penanda pertalian dengan menambahkan kata penghubung, memberi tanda satu garis miring / untuk pengganti jeda dan tanda dua garis miring // untuk pengganti titik gramatikal. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu bentuk kebahasaan dari teks puisi yang mematuhi kaidah-kaidah gramatikal yang diterapkan dapat mempermudahkan pembuatan parafrasenya, yakni mengubah isi puisi atau bentuk puisi sehingga menjadi bentuk prosa, yang memberikan gambaran secara umum tentang puisi tersebut. Teori Struktur Pendekatan sturktural di pelopori oleh kaum formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Ta dapat pengaruh langsung dan teori Saussure yang mengubah studi linguistik dan pendekatan diatronok ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangaflflYa, meainkan hubungan antar unsurnya. Masalah unsur dan hubungan antar unsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Unsur bahasa misalnya terdiri dan unsur fonologi, morfologi, dan sintaktis. Analisis struktural karya sastra yang dalam hal mi adalah fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikafl fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutanl. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktura bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antara berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar atau yang lain-lain. Analisis struktural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, suatu keseluruhan dan relasi intertekstual Hartoko dan Rahmanto, 1986 136. Adapun unsur-unsur yang membangun puisi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tema Terna adalah makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita novel, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu, atau jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-tema, atau tema-tema tambahan 2. Rima Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam link sajak maupun pada akhir lank sajak yang berdekatan 3. Diksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan diksi yaitu pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras cocok penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar Poerwadarminta, 1990 205. 4. Pencitraan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pencitraan yaitu kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi Poerwadarminta, 1990 169. 5. Tipognafi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tipografi yaitu watak pembagian manusia dalam golongan-golongan menunut corak watak masing-masing Poenwadarminta, 1990 952. 6. GayaBahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan gaya bahasa yaltu cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan balk dalam bentuk lisan maupun tulisan Pocrwadarminta, 1990 258. 7. Pesan Moral Pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Yang dimaksud dengan unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Puisi sebagai salah satu sebuah karya seni sastra yang dapat dikaj i dan bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dan bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu pula, puisi dapat dikaji dan sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dan waktu ke waktu puisi selalu ditulis cjan dibaca orang dan sepanjang zaman selalu dibaca orang Pradopo, 2009 3. Religiusitas dalam Karya Sastra Religiusitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengabdian terhadap agama, kesalehan Pusat Bahasa, 2003 944. Menurut The World Book Dictionary kata religiosity berarti religius feeling or sentiment atau perasaan keagamaan dalam Amosuwito, 1989 123. Lebih lanjut Atmosuwito 1989 124 men gatakan bahwa yang dimaksud dengan perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa guilt feeling, perasaan takut fear to god, kebesaran Tuhan god’s glory adalah beberapa contoh untuk menyebutkan sedikit saja”. Menurut Mangunwijaya 1982 11-12 “Religiusitas lebih melihat aspek di dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa “du Coeur” dalam arti paskal, yakni cita rasa yang menyangkut totalitas termasuk rasio dan rasa manusiawi ke dalam si pribadi manusia. Moedjatno dan Sunardi dalam Ratnawati, dkk, 2002 2. Mendefinisikan bahwa relegiusitas adalah 1 Suatu yang melintasi agama 2 Melintasi rasionalisasi 3 Menciptakan keterbukaan antar manusia 4 Tidak identik dengan fasifisme Religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas keberagamannya jika dilihat dan dimensi yang paling dalam dan personal yang acap kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama. Lebih detail Mangunwijaya 1982 15 menegaskan bahwa “Pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dan agama yang tampak formal, resmi. Dengan demikian religiusitas hanya berhubungan dengan ketaatan ritual atau hukum agama, tetapi pada yang Iebih dalam, lebih mendasar dalam pribadi manusia, rohnya”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu perasaan keagamaan yang terdapat dalam lubuk hati manusia yang ada hubungannya dengan Tuhan, rasio dan rasa manusiawi yang dirasakan oleh manusia secara mendalam. Biografi Pengarang Chairil Anwar lahir di Medan 26 Juli 1922. Ayahnya bernama Toeloes berasal dan Payakumbuh Taeh, Kabupaten Limo Puluah Koto, Sumatra Barat dan ibunya benama Saleha yang berasal dan kota Gadang, Sumatra Banat yang masih mempunyai hubungan keluarga dengan ayah Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Pertama Indonesia. Chairil Anwar bersekolah Belanda HIS Hollands Inlandsche Scholl di Medan, kemudian rnelanjutkan sekolahnya ke MULO Meer Uietgebred Lager Onderwijs, setingkat SMP. Ia tidak rnenarnatkan sekolah itu karena pindah ke Jakarta mengikuti ibunya yang bercerai dengan ayahnya. Chairil rnenguasai tiga bahasa asing, yaitu Belanda, lnggris dan Jerman secara aktif. Pengusaannya atas ketiga bahasa asing itulah yang rnengantarkan Chairil pada karya-karya sastra dunia. Oleh sebab itu pengarang-pengarang seperti Andre Gide, John Steinbeck, Rainer Marie Riike, Ernest Herningway, Edgar du Peron sangat akrab dengan Chair. Bahkan, karena itu Chairil ikut disudutkan sebagai plagiator. Chairil rnenikah dengan Hapsah Wiradireja, Wanita Cicurung, Sukaburni yang lahir tanggal II Mei 1922. Ia rnerniliki seorang putri bemarna Evawani Alissa, alurnnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, lahir 17 Juni 1947. Chairil Anwar rneninggal pada usia 26 tahun 9 bulan, pada tangga! 28 April 1949. Warisan karyanya 70 puisi ash, 4 puisi saduran, 10 puisi terjernahan, 6 prosa ash dan 4 prosa terjemahan. BAB III METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data a. Data Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang konsep religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak Deru Campur Debu. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari buku kurnpulan sajak Chairil Anwar yang berjudul Deru Campur Debu yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2000. Buku tersebut berisi 27 sajak karya Chairil Anwar. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Metode Kepustakaan Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan pustaka. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah tentang konsep religiusitas yang terkandung dalam kumpulan sajak Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Hal yang sangat mendasari peneliti mengambil kumpulan sajak ini adalah karena kumpulan sajak Deru Campur Debu karya Chairil Anwar ini sarat dengan konsep-konsep religiusitas yang terkait dengan dilema kehidupan manusia di dunia. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan Poerwadarminta, 1984 256. Sedangkan ahli lain mengatakan metode dokumentasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen serta mengadakan pencatatan sistematis Netra, 1985 77. Dokumen yang dipakai seperti nilai raport siswa yang berkaitan dengan nilai pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data mengenai suatu subjek dan objek penelitian melalui segala macam dokumen seperti catatan, agenda, aporaatadokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. c. Metode Telaah Dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan telaah adalah penyelidikan, pemeniksaan penelitian, mempelajani Poerwadarminta, 1987 917. Sedangkan yang dimaksud dengan isi adalah sesuatu yang ada yang termuat, terkandung Poerwadarminta, 1987 339. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan telaah isi dalam penelitian mi adalah pemeriksaan, penyelidikan sesuatu yang termuat atau terkandung dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Metode Analisis Data Analisis data adalah, “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” Yudin, 200781. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif dan metode deskriptif kuantitatif. ” metode deskriptif kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan mendeskripsi informasi tertentu, suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya. Pada penelitian diskriptif tidak diadakan perlakukan terhadap variabel-variabel yang akan didiskripsikan dan tidak menggunakan angka­-angka” Anggoro, dkk, 200765. Dalam menganalisis data, maka ada beberapa prosedur yang akan digunakan diantaranya. 1. Identifikasi Data Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap identifikasi data adalah sebagai berikut a. memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan b. hanya memasukkan data yang bersifat objektif c. hanya memasukkan data yang outentik 2. Klasifikasi Data a. Pengklasifikasian data yaitu penggolongan aneka ragam data itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya terbatas. b. Koding yaitu usaha mengklasifikasikan uraian data dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. 3. Interpretasi Data Dalam interpretasi data merupakan acuan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode deduksi. Metode deduksi adalah suatu pola pemikiran untuk mengambil kesimpulan dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum untuk mengajak kepada hal-hal yang khusus. Metode ini digunakan untuk menganalisa menentukan data tentang religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak karya Chairil Anwar yang benjudul Deru Campur Debu

pengonsentrasianbentuk dan makna. Untuk itu, Aminuddin (2002:110) berpendapat, dalam upaya memahami teks sastra, terutama puisi, kesulitan yang biasa muncul yang terdapat dalam buku kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Sajak-sajak karya Chairil Anwar dipilih sebagai objek pembacaan heuristik dan hermeneutik karena sajak

Interpretation is the art of seeking meaning just as the author originally intended. In the process, the author's intent becomes the key of which among many towards an interpretation. Each interpretation requires the interpreter to enter the author's mind and identify with the author, achieve total experience or repeat the global experience of the author and enter the realm of his emotions. Chairil Anwar's 'aku Berkaca' is an interesting text offering a rich depth of meaning to be drawn from. There are at least three layers of meaning contained within the poem, namely the context layer, the sound layer, and the meaning layer. These three layers of meaning usher the reader towards the climax indeed the climax as the author intends is a message and meaning in of itself. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 33Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarTIGA LAPIS MAKNA PUISI AKU BERKACA’ KARYA CHAIRIL Bhanu Viktorahadi Fakultas Filsafat Universitas Katolik ParahyanganAbstrak Interpretaonistheartofseekingmeaningjustastheauthororiginallyintend-ed.Intheprocess,theauthor’sintentbecomesthekeyofwhichamongmanytowardsaninterpretaon.Eachinterpretaonrequirestheinterpretertoentertheauthor’smindandidenfywiththeauthor,achievetotalexperienceorrepeattheglobal experienceoftheauthorandentertherealm of his emoons. Chairil Anwar’sakuBerkaca’isaninteresngtextoeringa rich depthof meaningtobe drawn from. Thereareatleastthreelayersofmeaningcontainedwithinthepoem,namelythecontextlayer,thesoundlayer,andthe meaninglayer.Thesethree layersofmeaningusherthe readertowardstheclimaxindeedtheclimaxastheauthorintendsisamessageandmeaninginof Kuncitafsir, makna, konteks, bunyiA. PENDAHULUANPuisi seringkali tak terlahir dari suatu proses komunikasi langsung, seperti yang terjadi pada sebuah pantun. Puisi terlahir tanpa kehadiran langsung pendengarnya audience in absentia. Komunikasi memang tidak selamanya terjadi hanya karena dua mulut berbicara bersahut-sahutan. Ada sesuatu yang disebut Ivan Illich sebagai the eloquency of silence’. Artinya, kefasihan dari diam. Menurut Ivan Illich, kata-kata dan kalimat terdiri atas diam yang lebih bermakna daripada bunyi1. Puisi terlahir dari kehidupan penulisnya yang terpencil2. Oleh karena itu, puisi memiliki makna yang khas. Kekhasan atau karakteristik puisi sangat dipengaruhi pribadi penulis dan kondisi saat puisi itu ditulis. Oleh karena itu, menjadi jelas bahwa penafsiran sebenarnya merupakan upaya untuk menjelaskan sebuah teks sesuai dengan makna asli teks tersebut. Dalam arti sempit, menafsirkan adalah upaya untuk menemukan arti sebagaimana dimaksudkan penulis. Di sini, maksud penulis menjadi salah satu kunci penting interpretasi3. Sejumlah makna yang dimaksud pengarang mungkin saja tidak dapat lagi dipahami pembaca akibat rentang waktu antara si penulis dengan si pembaca penafsir atau aneka rentang lainnya. Oleh karena itu, menurut Friedrich Schleiermacher4 setiap penafsiran menuntut penafsir untuk memasuki pikiran pengarang dan mengidentikasi diri dengannya, mencapai pengalaman total atau mengulang pengalaman global penulis serta masuk dalam perasaannya. Hal yang kurang lebih serupa ditegaskan Wilhem Dilthey, yaitu bahwa peran pengarang dan rasa-perasaannya memegang peranan penting dalam intrepretasi sebuah teks5. Idealnya, tugas seorang pembaca adalah untuk mengungkap apa yang ingin dimaksudkan penulis voluntas sigcandi yang dinyatakan dalam kata-kata vis verbi. Seorang penulis mengobjektivikasi Bhanu Viktorahadimaksud atau pikirannya ke dalam sebuah kata. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa maksud seorang penulis tidak dengan sepenuhnya tertuang lewat kata-katanya. Saat maksud itu tak sepenuhnya terungkap dengan kata yang dipergunakan, seorang penafsir harus berupaya untuk tidak membatasi diri pada kata-kata tetapi pada maksud waktu antara penulisan puisi Aku Berkaca’ dengan upaya membaca dan menafsir saat ini hampir 70 tahun6. Banyak sekali perubahan, terutama dalam hal pemaknaan kata yang terjadi dalam rentang waktu tersebut. Oleh karena pertimbangan rentang waktu serta aneka kemungkinan perubahan tersebut, penafsiran yang dilakukan ini tidak bermaksud menggali maksud asli pengarang Chairil Anwar. Tulisan ini menggali makna puisi Aku Berkaca’ karya Chairil Anwar. Layaknya mengupas bawang, tulisan ini mencoba secara sederhana membuka lapis demi lapis puisi karya Chairil Anwar dengan kemampuan terbatas pembaca yang dalam hal ini bertindak sebagai penafsir. Guna menggali maknanya secara losos, tulisan ini mengajukan dua permasalahan. Pertama, bagaimana para lsuf, terutama yang berkecimpung di dunia tafsir atau hermeneutik menafsirkan teks untuk mengambil makna yang tersirat di baliknya. Kedua, bagaimana proses penggalian makna dari teks puisi itu berlangsung. Tulisan ini mengakhiri diskusinya dengan menggunakan analisis retoris Aristoteles untuk merangkum lapis-lapis makna teks puisi HASIL DAN PEMBAHASAN Aku BerkacaIni muka penuh lukaSiapa punya?Kudengar seru menderudalam hatikuApa hanya angin lalu?Lagu lain pulaMenggelepar tengah malam butaAh.......!!Segala menebal, segala mengentalSegala tak kukenal .............!!Selamat tinggal ................!dari Deru Campur Debu1. Lapis konteksSeperti halnya puisi karya penyair lainnya, puisi buah pena Chairil Anwar memiliki sejumlah ciri khas. Umar Junus menyebut tiga di antara sejumlah karakteristik puisi Chairil Anwar7. Pertama, puisi-puisi Chairil Anwar merupakan pemikiran tentang sesuatu, sehingga di dalamnya dijumpai perkembangan pemikirannya yang bertolak menuju kepada klimaks. Kedua, puisi-puisi Chairil Anwar memiliki persambungan pikiran dari baris ke baris, dari bait ke bait. Ketiga, kaitan antara baris atau bait itu sebenarnya tidak terlalu jelas karena baris atau bait itu disusunnya secara independen. Artinya, setiap baris atau bait dapat berdiri sendiri tanpa terkait langsung dengan baris atau bait sebelum dan sesudahnya. Akan tetapi, kemungkinan untuk mencari kaitan antara baris-baris atau bait-bait itu pun tetap terbuka Junus, puisi-puisi Chairil 35Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAnwar lebih merupakan manipulasi struktur kalimat sehingga membuat setiap baris atau bait puisinya dapat berdiri sendiri-sendiri secara independen8. Nampaknya, Chairil Anwar sengaja membiarkan setiap unsur dari puisinya, terutama yang sedang dianalisis ini memiliki karakteristiknya tersendiri. Karakteristik yang dimiliki setiap unsur itu membuat setiap unsur memiliki makna yang menentukan makna keseluruhan puisi tersebut, seperti yang digagas Hans-Georg Gadamer, yaitu pemahaman atau pemaknaan suatu keseluruhan terjadi berdasarkan pengaruh atau kontribusi unsur-unsurnya. Sekaligus, secara resiprokal terjadi proses serupa, yaitu pemahaman suatu unsur muncul berdasarkan Lapis bentuk bunyiDalam puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar sengaja memamerkan terjadinya asonansi10 dalam setiap baitnya. Pada bait pertama terdapat asonansi vokal a’ dalam akhiran tiap baris. Pada bait kedua, tiga frasenya berasonansi di akhir dengan vokal u’. Selanjutnya, bait ketiga memberi tempat kembali pada vokal a’ untuk menutup dua barisnya. Dua bait berikutnya ditutup dengan tanda baca seru. Bisa jadi, dengan tanda baca itu, Chairil Anwar hendak menaikkan tekanan puisinya supaya menjadi klimaks11. Secara khusus, pada bait terakhir, tiga barisnya berasonansi pada suku kata -al’. Peralihan dari asonansi berakhiran vokal yang berkarakter terbuka menuju asonansi berakhiran konsonan yang berkarakter tertutup pada akhir puisi ini sekaligus seperti menutup atau menyelesaikan puisi ini dalam puncak klimaks. Dengan asonansi tersebut, Chairil Anwar seolah lebih mementingkan aspek stilistika atau plastik bahasa untuk menentukan sukses atau gagalnya karya sastra yang ditulisnya ini. Dengan adanya asonansi dalam empat bait puisinya ini, Chairil Anwar lebih menekankan keindahan bunyi dalam puisinya ini sebagai suatu pesan. Dengan kata lain, keindahan bunyi yang ditampakkan puisi ini menjadi bagian dari pesan atau bahkan pesan itu sendiri sebagaimana yang digagas Marshall McLuhan the medium is the message’ bahasa artisial dalam puisinya ini, Chairil Anwar bermaksud pergi dari arus utama sekaligus menyambut fajar dunia baru. Oleh karena itu, puisinya ini cenderung bersifat subversif. Di sini, makna subversif tak negatif. Yang dimaksud adalah subversif sesuai dengan makna asalinya, yaitu subversio’ Latin. Artinya, pembalikan atau pemutaran arah. Secara positif, subversif dapat dimaknai sebagai suatu upaya merintis konsep-konsep atau gagasan baru yang dapat lebih relevan. Dalam upaya mencari relevansi pada puisinya ini, Chairil Anwar mencoba melawan arus umum yang biasanya mengedepankan makna dari kata-kata dalam puisi. Dalam puisinya ini, Chairil Anwar lebih mengedepankan bentuk baca bunyi sebagai pesan yang ingin disampaikannya. Dengan kata lain, Chairil Anwar ingin menggunakan semiotik alih-alih strukturalisme. Dalam semiotik, segala unsur bentuk dalam suatu karya sastra dilihat sebagai bagian dari suatu sistem pemaknaan itu sendiri13. Melalui puisinya ini, nampaknya Chairil Anwar memberi peluang lebih besar pada estetika alih-alih pada struktur atau pemaknaan yang terdapat dalam puisinya ini dipakainya sebagai titian nada bunyi yang menggiring pembaca sampai pada klimaks puisi. Dengan pesan bunyi ini, bisa jadi Chairil Anwar bermaksud mengajak pembaca untuk merasakan proses merasa yang mencapai klimaks atau puncaknya Bhanu Viktorahadipada suatu keputusan atau keputusasaan, yaitu Selamat tinggal................!’ 3. Lapis maknaWalaupun, nampak mengedepankan estetika dalam wujud bunyi, bukan berarti puisi ini tidak bermakna dari sudut pandang sebuah unit teks. Puisi sebagai suatu karya sastra pada hakikatnya memiliki logika dan realitasnya tersendiri, yang menguasai seluruh mekanismenya. Kebenaran dari logika dan realitas yang ada di dalamnya ditentukan sepenuhnya oleh hubungan integral dari suatu unsur dengan unsur-unsur lain dari karya itu. Dengan kata lain, puisi bukanlah sekadar ikhtiar untuk sekadar bergenit-genit dengan estetika. Puisi juga bukanlah sekadar suatu upaya berimajinasi secara sembarangan dan tanpa tujuan. Puisi bukanlah semacam lamunan ke dalam alam tak nyata. Sebaliknya, seperti sebuah lampu sorot, puisi menunjuk ke depan, ke arah desain yang jelas. Puisi adalah keterbukaan atau ketersingkapan yang membawa yang ada menjadi lebih bersinar dan meledak14. Dengan puisi, makna kehidupan yang tersembunyi hendak disingkapkan. Dalam ikhtiar menyingkapkan makna itulah proses menafsir berikut ini Anwar memberi puisinya judul Aku Berkaca’. Pada umumnya, kaca atau tepatnya cermin berfungsi untuk memantulkan bayangan dari diri subjek yang berdiri di depannya. Bayangan yang terdapat dalam cermin itu akan menunjukkan kenyataan diri subjek, baik yang positif maupun yang negatif. Dalam judul ini, Chairil Anwar belum mengungkapkan akibat yang diperolehnya dari bercermin. Baru dalam baris pertama puisinya, ia mengungkapkan bahwa aktivitas bercermin itu memberinya suatu gambaran diri. Gambaran diri itu diungkapkannya dalam kalimat Ini muka penuh luka’.Dengan ungkapan ini muka penuh luka’ itu penulis mengembangkan suatu imaji. Menurut Jean-Paul Sartre, imaji lebih merupakan suatu tindakan kesadaran daripada suatu benda dalam kesadaran. Dengan kata lain, imaji adalah aktivitas produktif yang mengintensifkan sebuah objek dengan cara tertentu. Imaji itu bersifat quasi-observasi. Artinya, kesadaran imajinatif memproyeksikan yang diimajinasikannya seolah-olah itu nyata15. Imaji itu mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, atau merasakan yang dialami penulis. Realitas yang ditampakkan cermin kepada dirinya ternyata negatif, yaitu muka yang penuh luka. Rupanya kondisi itu bukanlah yang diharapkannya. Bisa jadi, kondisi ideal itu adalah akibat dari masa lalu. Hal ini nampak dari kata luka’ yang digunakan. Luka adalah bekas kecelakaan entah berat atau ringan. Luka dapat membuat seorang yang memilikinya kembali mengingat peristiwa yang mengakibatkan timbulnya luka tersebut. Lebih dari itu, luka bisa menimbulkan trauma. Singkatnya, ada pengalaman masa lalu yang tidak baik, yang jika kembali diingat atau tidak sengaja diingat akan menimbulkan kesedihan. Oleh karena menimbulkan kesedihan, orang yang bercermin itu enggan atau menolak mengakui bahwa wajah penuh luka itu adalah dirinya. Wajar jika ungkapan berikutnya adalah penolakan atas kondisi tersebut yang terwujud dalam pertanyaan siapa punya?’Dengan pertanyaan itu, ia menggugat realitas nyata yang ada di hadapannya. Ia mencoba mengalihkan diri dari kenyataan yang sebenarnya adalah kondisi dirinya sendiri kepada pihak lain yang anonim siapa’. Anonimitas menjadi tempatnya membuang kondisi tidak ideal itu. Dengan membuangnya, ia berharap bisa terbebas 37Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil Anwardari kondisi tak ideal menangkap kondisi tidak ideal dengan indra penglihat, Chairil Anwar menangkap realitas lainnya dengan menggunakan indra pendengar. Hal ini diungkapkannya pada bait berikutnya Kudengar seru menderu dalam hatiku’. Ungkapan ini menunjukkan bahwa ternyata seru menderu’ yang terdengarnya bukanlah bunyi yang dapat ditangkap dengan telinga sebagaimana bunyi pada umumnya. Bunyi itu berada di dalam hatinya. Oleh karena belum jelas, bisa jadi yang didengar itu bukanlah bunyi yang sesungguhnya. Yang didengarnya adalah pseudo-bunyi, sesuatu yang seolah-olah seperti bunyi, sehingga ungkapan berikutnya adalah suatu pertanyaan Apa hanya angin lalu?’Kondisi yang ditampakkan dalam bait ini nampaknya juga bukanlah suatu kondisi yang ideal. Kondisi yang dimaksudkan adalah timbulnya suatu bunyi, tetapi tidak bisa dipastikan bunyi apakah itu. Lagi-lagi ada kesan bahwa penulis ingin mengalihkan sesuatu yang sebenarnya ada dalam dirinya atau kondisi nyata dirinya itu dalam hatiku kepada sesuatu yang ada di luar dirinya angin lalu’. Ungkapan angin lalu’ memiliki tendensi anonim. Angin adalah sesuatu yang tidak berwujud, kecuali jika membawa sesuatu bersamanya topan, puting beliung. Akan tetapi, walaupun tidak berwujud, angin dapat dirasakan dan dialami. Pada ungkapan dalam baris ini, rupanya unsur dirasakan dan dialami itu juga direduksi dengan kata lalu’. Sekurang-kurangnya, kata ini mengungkapkan dua makna. Pertama, datang dari masa lampau atau sudah lewat. Kedua, sekelebat atau seadanya bukan angin kencang atau angin ribut. Dari ungkapan tersebut, penulis nampaknya menghendaki supaya seru menderu’ yang sebenarnya nyata dalam dirinya itu hanyalah sesuatu yang tidak berarti atau sesuatu yang sudah lewat. Dengan kata lain, ia ingin menghindari, bahkan setelah mengungkapkan yang dirasakan atau dialaminya melalui dua indra penglihat dan pendengar, penulis menyampaikan sesuatu lain yang dialaminya. Pengalaman itu diungkapkannya dalam kalimat Lagu lain pula menggelepar tengah malam buta’. Penulis mendenisikan yang dirasakan atau dialaminya sebagai lagu lain’. Sebenarnya, denisi lagu sudah cukup jelas, yaitu untaian nada dan syair yang membentuk satu kesatuan bunyi yang bermakna dan berirama. Akan tetapi, kata lain’ membuat denisi itu tereduksi kejelasannya. Kata lain’ ini seolah menunjukkan bahwa lagu yang dimaksud adalah lagu yang berbeda atau bahkan lagu yang tidak biasa alias aneh. Lagi-lagi, di sini muncul kondisi tidak biasa, yang dapat saja disebut sebagai kondisi tidak lagu itu ditampakkan dalam aktivitasnya. Biasanya lagu memproduksi bunyi yang dapat didengar. Akan tetapi, dalam baris ini, lagu tidak memproduksi bunyi. Lagu ini justru menggelepar’, suatu aktivitas yang todak lazim untuk sebuah lagu. Bisa jadi, ada yang salah dengan lagu ini sehingga menggelepar. Selain itu, konteks waktu saat terjadinya aktivitas itu pun tidak lumrah, yaitu tengah malam buta’. Di sini penyair menggunakan bahasa guratif atas kata malam. Malam diibaratkan manusia yang tidak dapat melihat alias buta. Secara umum, malam memang biasa dimaknai sebagai gelap. Dengan adanya ungkapan buta’ yang mengikutinya, kesan gelap menjadi semakin kuat. Kondisi gelap biasanya dilawankan dengan terang. Pada umumnya, yang lebih dilihat sebagai kondisi ideal adalah terang. Gelap cenderung dilihat sebagai kondisi tidak ideal. Kondisi tidak Bhanu Viktorahadiideal dalam konteks ungkapan tengah malam buta’ disangatkan. Dengan kata lain, kondisinya sungguh sangat tidak ideal. Kondisi ini menguatkan kondisi tidak ideal sebelumnya yang dimiliki ungkapan lagu lain’ yang menggelepar itu. Jelaslah, bahwa kondisi ideal menjadi semakin kuat ditampakkan dalam bait ketiga penulis menggunakan onomatope di bait berikutnya dalam ungkapan Ah .......!!’. Onomatope adalah tiruan terhadap bunyi. Tiruan bunyi dalam konteks bait ini bisa menimbulkan efek memelas atau kecewa. Jika dikaitkan dengan tiga bait sebelumnya, bisa jadi onomatope itu menjadi semacam ekspresi dari kejengahan si penulis atas kondisi tidak ideal tiga kali berturut-turut yang dialaminya. Tidak ada lagi yang dapat dilakukannya selain mengeluarkan bunyi sebagai ekspresi perasaannya. Tidak ada kata atau ungkapan yang memadai untuk dapat mengungkapkan perasaan yang dialaminya berikutnya atau bait terakhir menjadi klimaks dari puisi sekaligus ungkapan perasaannya. Segala menebal, segala mengental. Segala tak kukenal .............!! Selamat tinggal ................!’Penulis merangkum aneka macam kondisi tidak ideal itu dengan ungkapan segala’. Bagi penulis, segalanya menebal’. Menebal bisa diartikan menjadi kasar atau menjadi tak peka. Segalanya mengental. Mengental dapat dimaknai tidak cair atau kaku. Dalam konteks seorang pribadi, kekakuan dapat dimaknai sebagai kerasnya hati atau bebal. Akhirnya, ungkapan yang ketiga terkait kondisi tidak ideal itu adalah tak kukenal’. Di sini penulis menegaskan opini personalnya dengan objek pelaku ku’ aku. Bisa jadi, di sini penulis sungguh-sungguh ingin memberi penekanan bahwa dirinyalah yang tak mengenal segala macam kondisi tak ideal itu. Kemungkinan lainnya adalah bahwa si penulis tidak ingin mengenal kondisi-kondisi tidak ideal itu. Oleh karena tak mengenal, terbuka kemungkinan baginya untuk mengabaikan itu semua. Penulis menegaskan bahwa dirinya tidak memiliki keharusan atau tanggung jawab untuk peka atau menaruh perhatian pada kondisi-kondisi ideal itu. Oleh karena itu, ungkapan terakhir sangatlah pas. Selamat tinggal ................!Penulis sampai pada keputusan. Ia memutuskan untuk meninggalkan segalanya, kondisi-kondisi ideal itu. Jika memang itu yang dimaksud penulis, secara implisit terkandung di dalam keputusan itu suatu harapan bahwa dengan meninggalkan atau mengucapkan selamat tinggal pada segalanya itu, ia akan memeroleh sesuatu yang lebih baik atau sesuatu yang ideal. Akan tetapi, bisa juga ungkapan Selamat tinggal ................!’ itu dimaknai bukan sebagai keputusan, melainkan sebagai keputusasaan. Jika ini yang terjadi, ada nuansa pesimis yang muncul. Penulis seolah tidak sanggup lagi menemukan yang ideal yang ingin diraihnya. Jika ini yang terjadi, penulis semakin jatuh terjerembab dalam pesimistis. Bahkan, dalam kondisi paling akut, penulis masuk ke dalam kehampaan atau ketiadaan. Ia kehilangan eksistensi dirinya. Dalam kondisi ini, yang dikatakan Jean-Paul Sartre terjadi, yaitu tiada menghantui ada atau eksistensi diri le nĂ©ant hante l’ĂȘtre menemukan kenyataannya. Setiap realitas atau kenyataan dengan sendirinya terancam ketiadaan yang terkandung dalam dirinya SIMPULANDari sudut pandang strategi penyampaian, melalui puisinya ini, Chairil Anwar dapat dilihat menggunakan strategi retorika yang biasa digunakan para lsuf Yunani, secara khusus yang beraktivitas di 39Tiga Lapis Makna Puisi Aku Berkaca’ Karya Chairil AnwarAtena. Chairil Anwar masuk ke dalam diri pembacanya melalui pola pikir persuasif yang telah umum dikenal warga Atena, yaitu Retorika Aristoteles17. Secara ringkas, retorika Aristoteles ini mencakup tiga unsur, yaitu ethos, pathos, dan logos. Pertama, melalui asonansi maupun diksi dalam puisinya ini, Chairil Anwar menampilkan diri dengan sesuai etika ethos. Yang dimaksudkan etika di sini bukanlah sekadar tata moral. Yang dimaksudkan dengan etika dalam konteks ini adalah kepantasan sikap. Chairil Anwar berhasil menampilkan diri sebagai pribadi yang sungguh-sungguh manusiawi, lengkap dengan aneka macam perasaan dan emosi yang wajar. Kedua, Chairil Anwar juga berhasil menyapa dan mengangkat emosi pembaca saat berwacana atau berkomunikasi dengan mereka pathos, baik dengan asonansi maupun diksi yang terdapat dalam puisinya ini. Ketiga, Chairil Anwar pun tak lupa akan pesan yang harus disampaikannya logos melalui puisinya ini, yaitu sikap manusia dalam menghadapi aneka macam kondisi tidak ideal dalam hidupnya. Chairil Anwar memperlengkapi diri dengan pemahaman dari sudut pandang psikologis serta secara implisit memanfaatkan tradisi literer maupun losos yang dipahaminya untuk meneguhkan argumennya. Dengan tiga hal itulah Chairil Anwar bisa membuka dan mengembangkan komunikasi secara efektif dengan PUSTAKAAlonso-Schökel, Luis. A Manual of Hermeneutics. Sheî”¶eld Sheî”¶eld Academic Press, Rhetoric. trans. W. Rhys Robert. New York Dover Publications, inc., Roland. Elements of Semiology. London Jonathan Cape, Taylor. Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time. Cambridge Cambridge University Press, Paul ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Hans-Georg. “The Historicity of Understanding.” Paul Connerton ed.. Critical Sociology. Harmondsworth Penguin Book, Martin. Poetry, Language, Thought. New York Harper & Row Publisher, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, Umar. Mitos dan Komunikasi. Jakarta Penerbit Sinar Harapan, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, Marshall. Understanding Media The Extensions of Man, Cambridge, Massachusetts The MIT Press, Jean-Paul. L’ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d’ontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, . The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., AKHIR Endnotes1 Ivan Illich, Celebration of Awareness Harmondsworth Penguin Books, 1973, Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Luis Alonso-Schökel, A Manual of Hermeneutics Sheî”¶eld Sheî”¶eld Bhanu ViktorahadiAcademic Press, 1998, 29 “The sense is something wanted or intended by the author; not simply a datum of the text, nor something which is simply at the mercy of the reader-interpreter.”4Dan R. Stiver, The Philosophy of Religious Language Oxford Blackwell Publishers Ltd. 1996, Carman, Heidegger’s analytic Interpretation, discourse, and authenticity in Being and Time Cambridge Cambridge University Press 2003, Puisi Aku Berkaca’ adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk Deru Campur Debu’. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 – Jakarta, 28 April 1949.7 Umar Junus, Mitos dan Komunikasi Jakarta Penerbit Sinar Harapan, 1981, Umar Junus, Mitos dan Komunikasi, Hans-Georg Gadamer, “The Historicity of Understanding,” Paul Connerton ed., Critical Sociology Harmondsworth Penguin Book, 1976, Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu’.11 Goris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan Marshall McLuhan, Understanding Media The Extensions of Man Cambridge, Massachusetts The MIT Press, 1994, Roland Bartes, Elements of Semiology London Jonathan Cape, 1967, Martin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, Jean-Paul Sartre, The Psychology of Imagination New York Citadel Press, 1972, Jean-Paul Sartre, L’ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d’ontologie phĂ©nomĂ©nologique Paris Librairie Gallimard, 1943, Aristotle, Rhetoric, trans. W. Rhys Robert New York Dover Publications, inc., 2004, 6-11. Antonio Julio PutraPilgrimage is some act like make a devotional visit to sacred place. In there, we can find something which make us close with God. The way that we use to find it is we have to open one of part in ourself, that we called as intuition. From the intuition, people can examine some experience of pilgrimage, that is a experience of God. Pass through this experience will make something happened, that we called communication. From the communication, experience transform to be a image about The Transcendent. One of the thousand of The God Image can founded in this paper. That image appear because of a experience which bring the ratio and the faith, and then create some new perspective of The Transcendent Taylor CarmanThis book offers an interpretation of Heidegger's major work, Being and Time. Unlike those who view Heidegger as an idealist, Taylor Carman argues that Heidegger is best understood as a realist. Amongst the distinctive features of the book are an interpretation explicitly oriented within a Kantian framework often taken for granted in readings of Heidegger and an analysis of Dasein in relation to recent theories of intentionality, notably those of Dennett and Searle. Rigorous, jargon-free and deftly argued this book will be necessary reading for all serious students of of Awareness. Harmondsworth Penguin BooksIvan IllichIllich, Ivan. Celebration of Awareness. Harmondsworth Penguin Books, d'ontologie phĂ©nomĂ©nologiqueJean-Paul SartreSartre, Jean-Paul. L'ĂȘtre et le nĂ©ant. Essai d'ontologie phĂ©nomĂ©nologique. Paris Librairie Gallimard, 1943. ______________. The Psychology of Imagination. New York Citadel Press, Philosophy of Religious LanguageDan R StiverStiver, Dan R. The Philosophy of Religious Language. Oxford Blackwell Publishers Ltd., Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulisPuisiPuisi 'Aku Berkaca' adalah satu dari sejumlah puisi dalam kumpulan puisi bertajuk 'Deru Campur Debu'. Kumpulan puisi ini dipublikasikan pada 1949, tak terentang jauh dari wafat sang penulis, Chairil Anwar Medan, 26 Juli 1922 -Jakarta, 28 April 1949.130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahuGorys KerafDiksi Dan GayaBahasaGorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991, 130 Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama. Biasanya asonansi digunakan dalam puisi. Kadang-kadang juga asonansi ini digunakan dalam proses untuk memperoleh efek penekan atau sekadar keindahan. Contoh, 'kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu'.Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnyaGoris KerafDiksi Dan GayaBahasaGoris Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, 124 Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urut-urutan pikiran yang setiap kali meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan HeideggerPoetryLanguageMartin Heidegger, Poetry, Language, Thought New York Harper & Row Publisher, 1971, 72. k0ffp. 436 201 13 321 129 28 416 176 465

makna puisi deru campur debu